Oleh : Alvian, Marthen
Festival Teater remaja yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi
NTT, di Taman budaya daerah, Senin(11/2010), menggugah hampir 1000 penonton Kota
Kupang. 5 Kabupaten yang ikut dalam perlobaan itu yakni; Kabupaten Flotim, Belu,
Lembata, Sika, dan TTS. Diantara kelimanya, Teater Lembata tampil bedah.
Teater dengan Tema Kearfifan lokal untuk pemanasan global “Back To Nature-To’on
Ama Tau Ina Genang, yang dibawakan anak-anak SMA PGRI LEWOLEBA, begitu memukau
para undangan dan penonton. Semua yang hadir dalam Taman Budaya, mengakui
Lembata tampil bedah. “ Teater Lembata, memang bedah dari semua yang tampil
malam ini. Ini baru namanya Teater,”tutur Novy dan beberapa mahasiswa Undana
yang ditemui SUPER malam itu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi NTT, Frans Rihi yang ditemui di
ruang kerjanya menjelaskan, Penyelenggaraan lomba Teaterikal tingkat Provinsi
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu program dari Dinas kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi NTT sebagai salah satu bentuk penyadaran terhadap masyarakat
NTT bagaimana menumbuh kembangkan dan terus melestarikan serta mencintai
budaya lokal sebagai bagian dari aset daerah yang mempunyai nilai tawar dalam
aras nasional dan internasional.
Rihi menegaskan bahwa kita harus memulai sebagai salah satu bentuk kecintaan
terhadap kearifan lokal dalam meningkatkan responitas masyarakat terhadap
kebudayaan lokal yang berasal dari beragam budaya dan tradisi. Perlombahan
dimaksud semestinya dihadiri oleh 20 kabupaten / kota, namun yang
berpartisipasi dalam kegiatan ini hanya 5 kabupaten / kota yakni,kabupaten
Flores Timur, lembata,Belu, sikka dan TTS. Ketidak hadiran 15 kabupaten dalam
kegiatan lomba tersebut, bukan karena tidak adanya informasi ke daerah tetapi
kurangnya partisipatif dan responitas dari daerah setempat yang sangat rendah.
Dengan kegiatan ini saya berharap kita lebih mengedepankan budaya dan kearifan
lokal bukan mencintai budaya global.
Menurut Pembina Sanggar Swastika Lepan Batan, Andreas Arnold Pesawaj, yang
ditemui SUPER, menjelaskan bahwa program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi NTT menimbulkan nilai yang sangat positif terhadap kesadaran masyarakat
lokal, mengenai bagaimana mencintai dan melestarikan kearifan lokal. “ Patut
diapresiasikan dengan motivasi yang begitu besar dari dinas tersebut dalam
menyelenggarakan kegiatan ini. Pemerintah Kabupaten Lembata terkhusus Dinas
kebudayaan dan pariwisata pun sangat merespon kegiatan ini dengan memberikan
spirit secara moril maupun materil,” jelas Arnold.
Guru SMA PGRI Lewoleba ini pun menceritakan bahwa Sanggar yang mengikuti
kegiatan ini di dirikan sejak Tanggal 25 November 2006,dan eksis sampai
sekarang, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan perlombaan ini,
sudah sejak 3 Bulan yang lalu. “ Melihat kesiapan ini saya sangat
mengharapkan,Sanggar swastika Lepan Batan tampil bedah, lebih elegan dan saya
optimis bahwa Kabupaten Lembata yang terbaik dalam perlombahan ini,”tutur
Arnold.
Narator Teater Lepan Bata, Agustinus G. Kilok kepada SUPER menjelaskan, Kearifan
Lokal untuk pemanasan global (Back to nature) merupakan tema klasik dari
teaterikal tersebut yang memberikan makna bagaimana lokal atau daerah mempunyai
peran yang sangat penting dalam menyikapi isu - isu global seperti global
warming. Lebih praktis bagaimana membangun kesadaran masyarakat lokal dan
generasi muda untuk selalu mencintai dan terus melestarikan kearifan lokal.
NTT, di Taman budaya daerah, Senin(11/2010), menggugah hampir 1000 penonton Kota
Kupang. 5 Kabupaten yang ikut dalam perlobaan itu yakni; Kabupaten Flotim, Belu,
Lembata, Sika, dan TTS. Diantara kelimanya, Teater Lembata tampil bedah.
Teater dengan Tema Kearfifan lokal untuk pemanasan global “Back To Nature-To’on
Ama Tau Ina Genang, yang dibawakan anak-anak SMA PGRI LEWOLEBA, begitu memukau
para undangan dan penonton. Semua yang hadir dalam Taman Budaya, mengakui
Lembata tampil bedah. “ Teater Lembata, memang bedah dari semua yang tampil
malam ini. Ini baru namanya Teater,”tutur Novy dan beberapa mahasiswa Undana
yang ditemui SUPER malam itu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi NTT, Frans Rihi yang ditemui di
ruang kerjanya menjelaskan, Penyelenggaraan lomba Teaterikal tingkat Provinsi
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu program dari Dinas kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi NTT sebagai salah satu bentuk penyadaran terhadap masyarakat
NTT bagaimana menumbuh kembangkan dan terus melestarikan serta mencintai
budaya lokal sebagai bagian dari aset daerah yang mempunyai nilai tawar dalam
aras nasional dan internasional.
Rihi menegaskan bahwa kita harus memulai sebagai salah satu bentuk kecintaan
terhadap kearifan lokal dalam meningkatkan responitas masyarakat terhadap
kebudayaan lokal yang berasal dari beragam budaya dan tradisi. Perlombahan
dimaksud semestinya dihadiri oleh 20 kabupaten / kota, namun yang
berpartisipasi dalam kegiatan ini hanya 5 kabupaten / kota yakni,kabupaten
Flores Timur, lembata,Belu, sikka dan TTS. Ketidak hadiran 15 kabupaten dalam
kegiatan lomba tersebut, bukan karena tidak adanya informasi ke daerah tetapi
kurangnya partisipatif dan responitas dari daerah setempat yang sangat rendah.
Dengan kegiatan ini saya berharap kita lebih mengedepankan budaya dan kearifan
lokal bukan mencintai budaya global.
Menurut Pembina Sanggar Swastika Lepan Batan, Andreas Arnold Pesawaj, yang
ditemui SUPER, menjelaskan bahwa program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi NTT menimbulkan nilai yang sangat positif terhadap kesadaran masyarakat
lokal, mengenai bagaimana mencintai dan melestarikan kearifan lokal. “ Patut
diapresiasikan dengan motivasi yang begitu besar dari dinas tersebut dalam
menyelenggarakan kegiatan ini. Pemerintah Kabupaten Lembata terkhusus Dinas
kebudayaan dan pariwisata pun sangat merespon kegiatan ini dengan memberikan
spirit secara moril maupun materil,” jelas Arnold.
Guru SMA PGRI Lewoleba ini pun menceritakan bahwa Sanggar yang mengikuti
kegiatan ini di dirikan sejak Tanggal 25 November 2006,dan eksis sampai
sekarang, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan perlombaan ini,
sudah sejak 3 Bulan yang lalu. “ Melihat kesiapan ini saya sangat
mengharapkan,Sanggar swastika Lepan Batan tampil bedah, lebih elegan dan saya
optimis bahwa Kabupaten Lembata yang terbaik dalam perlombahan ini,”tutur
Arnold.
Narator Teater Lepan Bata, Agustinus G. Kilok kepada SUPER menjelaskan, Kearifan
Lokal untuk pemanasan global (Back to nature) merupakan tema klasik dari
teaterikal tersebut yang memberikan makna bagaimana lokal atau daerah mempunyai
peran yang sangat penting dalam menyikapi isu - isu global seperti global
warming. Lebih praktis bagaimana membangun kesadaran masyarakat lokal dan
generasi muda untuk selalu mencintai dan terus melestarikan kearifan lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar