Gbr. Kunrardus Koli Muda (foto: Yogi)
“saya tidak setuju dengan Pater Vande punya kegiatan yang mangajak masyarakat untuk tolak tambang, kamu lihat gereja besar itu, kamu lihat jalan-jalan yang dibangun sampai ke Leragere. Itu bukan uangnya Pater Vande, tetapi itu uangnya bapak(Andreas Duli Manuk-red)”
Hal ini disampaikan oleh ketua Tim Penggerak Program Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Lembata Ny. Margaretha Hurek Manuk, pada acara serah terima jabatan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Lebatukan, dari Ibu Lusia Wahon kepada Ibu Eda Letor, di Balai serbaguna Kecamatan Lebatukan, yang dihadiri oleh para kepala desa se-Kecamatan Lebatukan, para ketua BPD, se-Kecamatan Lebatukan, para ketua TT-PKK desa se-Kecamatan Lebatukan, dan para tokoh masyarakat se-Kecamatan Lebatukan, Selasa 21/12/2010 pagi.
Hal ini disampaikan kembali oleh Kepala Desa (Kades) Seranggorang, Kondradus Koli Muda, Rabu 22/12/2010, di Lewoleba, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut. Koli Muda mengaku kecewa dengan pernyataan Margeretha, karena sebagai seorang pemimpin, tidak seharusnya kata-kata seperti itu disampaikan.
“Sebagai Kepala Desa Seranggorang yang mengerti mengenai tata krama dan adat lamaholot yang selama ini kita junjung tinggi, saya sangat menyesal dengan adanya pernyataan ibu ketua TP-PKK tersebut. Karena momen ini seharusnya dijadikan sebagai momen untuk meminta maaf dan rekonsiliasi, kalau dalam 10 tahun memimpin ada salah kata, atau silang pendapat, sekaligus sebagai momen untuk silaturahmi, menyatukan masyarakat untuk kembali menatap masa depan, dan bukan untuk memecah belah masyarakat yang sebentar lagi akan merayakan hari raya Natal,” urai Koli Muda.
Selain itu Kun mengatakan, pernyataan itu jelas melahirkan kekecewaan dari perserta yang hadir pada saat itu, termasuk Ny. Andreas Nula Liliweri, dan Ny. Petrus Toda Atawolo. Bahkan Kades Ledotodokowa, Paulus Ola Atu, langsung melakukan interupsi dan mengatakan, “Pater Vande tidak berada dalam ruangan ini, jadi jangan sebut-sebut Pater Vande punya nama. Namun Margeretha langsung membalas dengan suara kasar bahwa, kalau tidak puas diluar.”
Selain itu, margaretha mengatakan suaminya Andeas Duli Manuk sakit hati karena didemo oleh masyarakat lingkar tambang “Bapak juga sakit hati, bagaimana kamu datang demo terus-terus,” tutur Kun mengulangi pernyataan Margaretha. yang nampak dalam sambutan tersebut, terbukti sarat emosional, dan tidak menunjukkan pribadi seorang istri pemimpin. Kata mantan anggota DPRD Lembata periode pertama ini.
Hal lain yang diungkap Margaretha dalam kesempatan itu adalah, masyarakat Ile Ape sangat marah dengan aksi demonstrasi dari masyarakat leragere dan kedang, namun untungnya orang Ile Ape masih punya hati sehingga tidak sampai melakukan tindakan anarkis.
“Kamu yang datang demo itu sama dengan anjing-anjing rabies. Untung orang Ile Ape masih punya hati, kalau tidak mereka jaga di batas kota, dan sebagian dari kamu yang datang demo tolak tambang sudah mati di Batas Kota,” lanjut Margaretha.
Orang Ile Ape Juga Tolak Tambang
“Sebagai anak Ile Ape saya mau mengatakan bahwa pernyataan dari Ibu Margaretha Manuk itu sama sekali tidak benar, dan tidak mewakili kami orang Ile ape. Kami orang Ile Ape tidak pernah bermusuhan dengan orang lebatukan atau masyarakat lingkar tambang”
Pernyataan ini disampaikan Simon Langoday. Saat ditemui dibilangan wangatoa kelurahan selandoro Rabu, 22/12/2010 petang.
Bagi simon persoalan tambang di lembata telah melahirkan konflik yang tak pernah selesai, oleh karenanya ia berharap, siapapun dia tidak boleh membuat statmen-statmen yang bersifat provokatif yang dapat melahirkan konflik horisontal antar masyarakat. Bahkan menurut Simon, orang Ile Ape pun tolak tambang. “Saya pikir istri bupati, hanya mau melahirkan pernyataan untuk menciptakan konflik antara masyarakat Ile Ape dengan masyarakat Lebatukan. Karena kami selama ini tidak pernah ada permusuhan dengan orang Lebatukan, dan jangan pikir bahwa bupati orang Ile Ape jadi kami orang ile ape juga dukung tambang, saya tegaskan kembali bahwa kami orang Ile Ape juga tolak tambang” kata Simon tegas.
Sementara itu, tokoh muda asal ile ape lainnya Elias K. Making saat di temui di kediamannya rabu 22/12/2010 menilai, sebagai istri bupati mestinya Ibu Margaretha harusnya bertindak sebagai ibu bagi masyarakat lembata dan selalu memberikan kesejukan dan merangkul masyarakat, bukan membuat masyarakat semakin jauh dari pemimpinnya. “sebagai istri bupati mestinya ibu Margaretha tampil sebagai sosok yang menyejukan, dan merangkul masyarakat, bukan membuat masyarakat semakin jauh dari pemimpinnya sendiri”. Kata Elias
Bagi Elias, Lembata ini dibangun dengan uang negara yang diperoleh dari pajak yang dibayarkan rakyat, jadi salah jika mengatakan bahwa Lembata ini dibangun dengan uanh pribadi. “salah sekali bila mengatakan bahwa lembata ini dibangun dengan uang pribadi, saya hanya mengingatkan saja bahwa, pembangunan dimana saja itu dibangun dengan menggunakan uang negera.” Tegas anak Ile Ape yang tinggal di wangatoa ini. Sayang sampai dengan berita ini diturunkan Margaretha Manuk tidak sempat di temui. (Yogi)