LEWOLEBA, LEWOLEMBATA-Situs kampung adat lewohala yang terletak di
kaki Gunung Ile Lewotolok, menyimpan sejumlah benda pusaka sebagai saksi
sejarah peradaban budaya orang Lewohala. Dari penuturan masyarakat adat
lewohala, benda pusaka yang tersimpan di rumah adat mereka adalah yang di bawa
oleh nenek moyang orang lewohala saat eksodus keluar dari pulau seram.
Kampung adat Lewohala, terdapat 70 rumah adat, hampir di
setiap rumah adat tersimpan benda pusaka. Sebagaiman, saat meliput kegiatan Team Tour Operator Senin
21/1/2013, benda pusaka berupa guci bermotif naga, gading dengan panjang kurang
lebih 3 meter, berbagai model piring yang terbuat dari bahan porselin, berbagai
jenis senjata, juga moko. Barang-barang bernilai sejarah tinggi ini, dapat
disaksikan oleh siapa saja yang berkunjung kesana.
Salah satu benda pusaka, yang tersimpan di salah satu rumah adat di Kampung Adat Lewo |
“Ini barang-barang yang di bawah oleh nenek moyang kami,
saat keluar dari pulau seram, Ambon. semua barang adat disini walau tampak seperti tidak diurus, tetapi kami percaya ada
penjaganya. Karena ini rumah adat kami, dan kami tau semua leluhur kami tinggal
di sini, mereka yang jaga semua ini” ungkap Rafel Lango seorang tokoh adat
Lewohala yang tinggal di desa Jontona, Ile Ape Timur.
Menurutnya, setiap benda pusaka yang tersimpan di rumah adat
memiliki cerita dan makna tersendiri, dia mencontohkan, pada rumah adat Laba
Making, atau rumah adat lusi kawa, terdapat sebuah guci keramik bergambar ular
naga. Pada guci ini tersimpan air berkat yang tidak boleh habis. Air ini akan
di manfaatkan untuk prosesi pemberkatan adat bagi anak-anak suku, dan saat
ritual pesta kacang tiba.
Rafel yang di temui di Kampung Adat Lewohala, Senin 21/1/2013,
saat ikut menghantar team Tor Operator itu menuturkan, Rumah adat Lewohala
adalah milik orang Lewohala yang tersebar pada tujuh kampung di Ile Ape,
terhitung dari Desa Kolontobo Kecamatan Ile Ape, hingga Desa Jontona Kecamatan
Ile Ape Timur. Semua orang anak lewohala akan berkumpul di kampung adat saat
ritual pesta kacang, yang di laksanakan setiap tahun di bulan oktober.
“Nanti pesta kacang bulang oktober itu, orang lewohala di
tujuh kampung berkumpul disini, saat itu baru semua benda pusaka ini di
bersihkan dan di berika makan dengan darah ayam. Pesta kacang ini bertujuan
untuk mensyukuri hasil panen dalam setahun, dan memohon bantuan leluhur untuk
masa panen berikutnya” kata Rafel.
Benda Pusaka Pernah
di Curi
Tim tour operator, berpose dengan masyrakat adat, dan jurnalis di Naman Lewohala |
Sementara itu, Tokoh adat lainya Yakobus Asan Balawanga saat
di konfirmasi di salah satu rumah adat menuturkan, di sekitar tahun 1990-an
pernah terjadi kasus pencurian benda pusaka di rumah adat Lewohala, yang hingga
sekarang tidak di ketahui pelakunya. Menurutnya, orang jahil tersebut adalah
orang-orang yang sudah mengenal secara baik kampung adat lewohala. Dia percaya,
orang nakal terebut telah menemui ajalanya.
“Dulu tahun sembilan puluhan pernah ada orang curi gading
dan barang emas di sini (kampung adat Lewohala), sampe sekarang kami belum tahu
pelakunya. Tetapi saya percaya orangnya pasti sudah mati, karena barang yang di
ambil itu adalah barang-barang keramat,
dan kampung ini di huni oleh leluhur”
Masih terkait pencurian, Yakobus mengatakan, pernah juga
terjadi pencurian gading. Tapi anehnya gading yang tersimpang di rumah adat
Gesi Making itu di potong empat bagian dan diambil separuhnya. Dia mengakui
kalau kampung adat Lewohala rawan terhadap pencurian sebab tak ada penjagaan.
Menurutnya, kesulitan masyarakat adat Lewohala untuk bisa
menetap dan menjaga kampung adat merekan adalah, ketiadaan air serta letaknya
yang jauh dari kampung. Untuk mencapai Lewohala, orang harus berjalan kaki
kurang lebih dua jam, dengan kondisi jalan menanjak, dan berbatu. Jika
menggunakan kendaraan, memakan waktu paling sedikit satu jam.
“Orang mau tinggal disini kalau ada air, dan kalau jalan
kesini di perbaiki sehingga transportasi bisa lancar masuk dan keluar dari
sini. tapi mudah-mudahan pemerintah bisa
perhatikan Lewohala, dengan bagun jalan dan pengadaan air. Sehingga tidak hanya
pancing kita datang tinggal disini, tetapi arus pariwisata juga bisa lebih
ramai, kalau macam sekarang ini, hanya saat-saat tertentu saja baru ada orang
datang” ujarnya. (Yogi Making)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar