Super Lembata,
Lamalera adalah sebuah kampung tradisional yang dikenal karena perburuan ikan paus. Sejak lama memang lamalera telah menjadi ikon pariwisata lembata, bahkan dunia. Namun sayang, nama besar Lamalera yang kesohor sampai ke ujung bumi itu, nampaknya tak membuat orang lamalera menikmati fasilitas publik dengan baik. Jika sesekali bertandang ke Lamalera, kesan pertama yang anda dapatkan adalah Lamalera yang tersilolir, seperi yang dialami Super saat bertandang ke Lamalera. bahkan akibat rusak dan genangan lumpur, Super beberapa kali terjungkal dari motor.
“Lubang yang bertebaran sepanjang jalan, genangan lumpur setinggi paha orang dewasa, jalanan yang sempit, adalah bukti nyata ketidak seriusan Pemda Lembata dalam mendukung pembangunan pariwisata di Lamalera.” kata Gaspar Nivak dalam perbincangan bersama Super di Lamalera Senin (18/10).
Jalur dari Lewoleba menuju Lamalera melewati tiga kecamatan, yaitu Nubatukan, Nagawutung, dan Wulandoni. Diantaranya melintasi desa-desa yang selama ini menjadi desa kantong produksi di kabupaten lembata, “sehingga adalah naif jika pemerintah tidak memperhatikan jalan menuju Lamalera”. Tegas Gaspar.
Senada dengan gaspar, seorang PNS yang bertugas di kecamatan wulandoni, kepada super mengatakan, adalah wajar kalau Lamalera diperhatikan secara khusus terutama mendorong peningkatan industri pariwisata, melalui perbaikan infra struktur jalan. Walau demikian sebagai Pegawai Negeri Sipil, ia mengaku tidak dapat bersuara banyak. Dan oleh karenanya ia meminta agar namanya tidak di publikasikan. “Ama saya ini PNS jadi jangan tulis saya punya nama e” Pintanya.
Dan menurut sang PNS tersebut, memperbaiki jalan menuju lamalera sama saja denga menguhubungkan kantong-kantong produksi dengan kota, serta mendekatkan pelayanan pemerintah serta membuka keterisolasian, dengan demikian ia berharap tidak saja kepada DPRD tetapi juga Pemda Lembata agar sesegera mungkin mengangarkan perbaikan jalan Lewoleba-Lamalera.
Anggaran perbaikan jalan sesuai APBD Perubahan tahun Anggaran 2010, hanya untuk perbaikan pada segmen kritis. Hal ini disampaikan Anggota DPRD Lembata Frederikus wilhelmus Wahon melalui Face Booknya. Ia berpandangan bahwa, perhatian pemerintah terhadap jalan di kabupaten lembata sangatlah rendah, dan soal jalan pemerintah bahkan selalu mengatakan akan diperhatikan. Jelasnya.
Ongkos perawatan kendaraan dirasa memberatkan, dan oleh karenanya suka atau tidak, tarif kendaraan menjadi mahal. “biaya perawatan kendaraan sangat mahal, karena kondisi jalan kita yang parah” ceritera Sales pengusaha angkutan asal lamalera senin (18/10). Sales akhirnya memilih memarkir kendaraanya dan tidak beroperasi selama jalan Lewoleba-Lamalera masih dalam keadaan parah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar