Jumat, 26 November 2010
Demo Tolak Tambang Lembata
Tampak dalam GBR: Kades Lamadale Yoseph Bura Bataona sedang berorasi dalam demosntrasi tolak tambang Rabu, 24/11/2010
Sekitar ribuan masa yang tergabung dalam barisan Rakyat Kedang Bersatu (BARAKSATU) Forum Komunikasi Tambang Lembata (FKTL) Forum Komunikasi Masyarakat Antar Kawasan (FOKAL) Forum Komunikasi Masyarakat Pesisir (FORKOMDISIR) Komisi Keadilan Perdamaian Dan Keutuhan Ciptaan SVD. melakukan aksi demonstrasi tolak tambang emas dan tembaga di lembata. aksi demontrasi tersebut terjadi pada Rabu 24/11/2010.
Masyarakat yang berasal dari 6 desa di Leragere Pedalaman Kecamatan Lebatukan, 3 desa di Kawasan Pesisir Lebatukan juga masyarakat Kedang itu datang ke Lewoleba dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda delapan sebanyak 23 buah juga kendaraan roda dua sebanyak 300-an buah.
Sebelum melakukan aksinya di depan kantor bupati dan gedung DPRD Lembata, masa terlebih dahulu melakukan pawai keliling kota lewoleba, sepanjang perjalanan teriakan yel-yel tolak tambang harga mati terus di gaungkan. Sontak kota yang awalnya tenang menjadi riuh oleh bunyi kendaraan dan teriakan warga.
Sebelum melakukan aksinya di depan kantor bupati, warga terlebih dahulu menyampaikan tuntutannya kepada wakil rakyatnya. Di depan gedung DPRD Lembata ribuan massa berkumpul dan melakukan orasi. Tak lama berselang Ketua DPRD Lembata Yohanes Derosari dan Wakikl Ketua Yoseph Meran Lagaor, terlihat keluar menemui massa demostran.
Sementara itu, Kepala Desa Dikesare Kecamatan Lebatukan Rafael Suban Ikun dalam orasinya mengatakan, namanya telah dicatut oleh anggota DPRD Lembata yang mendukung tambang dengan mengatakan dirinya sudah menyetujui tambang dibuka di lembata, katanya. hal itu menurutnya adalah sebuah pembohongan, hal senada juga disampaikan kepala desa Lamaladale Kecamatan Lebatukan Yoseph Bura Bataona, dalam orasinya kepala desa lamadale ini mengatakan dirinya tetap berada bersama rakyat menolak tambang di lembata. untuk itu pernyataan anggota DPRD tertentu dalam sidang paripurna adalah bohong.
Sikap tegas warga menolak tambang dilembata juga dituangkan dalam surat pernyataan tolak tambang yang dan diserahkan kepada Pemerintah dan DPRD sebagai bukti tertulisnya. Selain itu wargapun menuntut agar DPRD Lembata selaku wakil rakyat, diahadapan ribuan massa dapat menyampaikan sikap politiknya terkait persoalan tambang di lembata. tuntutan warga ini disampaikan baik melalui orasi juga melalui tim negosiator. Anggota tim negosiator massa aksi yang ditugaskan untuk melakukan negosiasi dengan anggota DPRD adalah: Pater Vande Raring, SVD, Pater Markus Tulu, SVD. M.Hum, Petrus Bala Wukak, SH selaku Penanggung jawab Demo, Emanuel Ubug selaku wakil Masyarakat Kedang, Sisko Making selaku wakil warga lebatukan peisisir dan Damasus Atawolo selaku wakil masyarakat leragere.
Kurang lebih 30 menit Tim Negosiator bernegosiasi dengan DPRD, setelah itu bersama ketua dan wakil Ketua DPRD Lembata tim negosiator kembali menemui warga aksi. Dihadapan masa aksi DPRD melalui wakil ketuanya menyampaikan sikap.
Dalam pernyataan sikapnya Wakil Ketua DPRD Lembata Yoseph Meran Lagaor mewakili lembaga DPRD mengatakan, Jika pasal krusial (pasal 50 Perda RTRW) tetap diakomadasi, maka kepentingan rakyat tetap diutamakan. Selain itu menurutnya kehadiran massa sangat reprpesentatif, maka tidak ada jalan lain bagi DPRD menolak tambang dan menggurkan pasal krusial tersebut. Wakil ketua DPRD-pun mengatakan jika masih ada perbendaan pendapat dari anggota DPRD lembata, maka sampai kapanpun Ranperda RTRW tidak bisa ditetapkan. Syukur masa menerima baik pernyataan Wakil Ketua DPRD Lembata mewakili Lembaga DPRD.
Masa kemudian beranjak kehalaman depan kantor Bupati Lembata untuk melanjutkan aksi, sayang sampai dengan bubarnya aksi sekitar pukul 20.30 Bupati Lembata tak bersedia menemui warga.
Dan oleh karena sikap tegas bupati untuk tidak bersedia menemui warganya, aksi sempat memanas. Aksi dorong antar warga dengan anggota Polres Lembata sempat terjadi persis didepan pintu masuk kantor bupati lembata. syukur emosi warga berhasil diredam oleh Pater Vande Raring dan penanggung Jawab Aksi Petrus Bala Wukak, SH.
Upaya mediasi yang dilakukan oleh Kapolres Lembata dan seorang Asiten di lingkup Setda Lembata tak dapat juga membuat Bupati Manuk berubah sikap untuk menemui warga.
Massa akhirnya membubarkan diri untuk kembali kekampungnya masing-masing. Namun sebelum itu, mereka bersumpah untuk selalu siap siaga menjaga kampungnya dari siapapun yang datang untuk tambang. Yogi
Sekitar ribuan masa yang tergabung dalam barisan Rakyat Kedang Bersatu (BARAKSATU) Forum Komunikasi Tambang Lembata (FKTL) Forum Komunikasi Masyarakat Antar Kawasan (FOKAL) Forum Komunikasi Masyarakat Pesisir (FORKOMDISIR) Komisi Keadilan Perdamaian Dan Keutuhan Ciptaan SVD. melakukan aksi demonstrasi tolak tambang emas dan tembaga di lembata. aksi demontrasi tersebut terjadi pada Rabu 24/11/2010.
Masyarakat yang berasal dari 6 desa di Leragere Pedalaman Kecamatan Lebatukan, 3 desa di Kawasan Pesisir Lebatukan juga masyarakat Kedang itu datang ke Lewoleba dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda delapan sebanyak 23 buah juga kendaraan roda dua sebanyak 300-an buah.
Sebelum melakukan aksinya di depan kantor bupati dan gedung DPRD Lembata, masa terlebih dahulu melakukan pawai keliling kota lewoleba, sepanjang perjalanan teriakan yel-yel tolak tambang harga mati terus di gaungkan. Sontak kota yang awalnya tenang menjadi riuh oleh bunyi kendaraan dan teriakan warga.
Sebelum melakukan aksinya di depan kantor bupati, warga terlebih dahulu menyampaikan tuntutannya kepada wakil rakyatnya. Di depan gedung DPRD Lembata ribuan massa berkumpul dan melakukan orasi. Tak lama berselang Ketua DPRD Lembata Yohanes Derosari dan Wakikl Ketua Yoseph Meran Lagaor, terlihat keluar menemui massa demostran.
Sementara itu, Kepala Desa Dikesare Kecamatan Lebatukan Rafael Suban Ikun dalam orasinya mengatakan, namanya telah dicatut oleh anggota DPRD Lembata yang mendukung tambang dengan mengatakan dirinya sudah menyetujui tambang dibuka di lembata, katanya. hal itu menurutnya adalah sebuah pembohongan, hal senada juga disampaikan kepala desa Lamaladale Kecamatan Lebatukan Yoseph Bura Bataona, dalam orasinya kepala desa lamadale ini mengatakan dirinya tetap berada bersama rakyat menolak tambang di lembata. untuk itu pernyataan anggota DPRD tertentu dalam sidang paripurna adalah bohong.
Sikap tegas warga menolak tambang dilembata juga dituangkan dalam surat pernyataan tolak tambang yang dan diserahkan kepada Pemerintah dan DPRD sebagai bukti tertulisnya. Selain itu wargapun menuntut agar DPRD Lembata selaku wakil rakyat, diahadapan ribuan massa dapat menyampaikan sikap politiknya terkait persoalan tambang di lembata. tuntutan warga ini disampaikan baik melalui orasi juga melalui tim negosiator. Anggota tim negosiator massa aksi yang ditugaskan untuk melakukan negosiasi dengan anggota DPRD adalah: Pater Vande Raring, SVD, Pater Markus Tulu, SVD. M.Hum, Petrus Bala Wukak, SH selaku Penanggung jawab Demo, Emanuel Ubug selaku wakil Masyarakat Kedang, Sisko Making selaku wakil warga lebatukan peisisir dan Damasus Atawolo selaku wakil masyarakat leragere.
Kurang lebih 30 menit Tim Negosiator bernegosiasi dengan DPRD, setelah itu bersama ketua dan wakil Ketua DPRD Lembata tim negosiator kembali menemui warga aksi. Dihadapan masa aksi DPRD melalui wakil ketuanya menyampaikan sikap.
Dalam pernyataan sikapnya Wakil Ketua DPRD Lembata Yoseph Meran Lagaor mewakili lembaga DPRD mengatakan, Jika pasal krusial (pasal 50 Perda RTRW) tetap diakomadasi, maka kepentingan rakyat tetap diutamakan. Selain itu menurutnya kehadiran massa sangat reprpesentatif, maka tidak ada jalan lain bagi DPRD menolak tambang dan menggurkan pasal krusial tersebut. Wakil ketua DPRD-pun mengatakan jika masih ada perbendaan pendapat dari anggota DPRD lembata, maka sampai kapanpun Ranperda RTRW tidak bisa ditetapkan. Syukur masa menerima baik pernyataan Wakil Ketua DPRD Lembata mewakili Lembaga DPRD.
Masa kemudian beranjak kehalaman depan kantor Bupati Lembata untuk melanjutkan aksi, sayang sampai dengan bubarnya aksi sekitar pukul 20.30 Bupati Lembata tak bersedia menemui warga.
Dan oleh karena sikap tegas bupati untuk tidak bersedia menemui warganya, aksi sempat memanas. Aksi dorong antar warga dengan anggota Polres Lembata sempat terjadi persis didepan pintu masuk kantor bupati lembata. syukur emosi warga berhasil diredam oleh Pater Vande Raring dan penanggung Jawab Aksi Petrus Bala Wukak, SH.
Upaya mediasi yang dilakukan oleh Kapolres Lembata dan seorang Asiten di lingkup Setda Lembata tak dapat juga membuat Bupati Manuk berubah sikap untuk menemui warga.
Massa akhirnya membubarkan diri untuk kembali kekampungnya masing-masing. Namun sebelum itu, mereka bersumpah untuk selalu siap siaga menjaga kampungnya dari siapapun yang datang untuk tambang. Yogi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar