Halaman

Sabtu, 23 Oktober 2010

SEKILAS TENTANG STUDI BANDING KE PT PERTAMINA GEOTHERMAL KAMOJANG (Sebuah Tinjauan Teknis)

Oleh : Piter Pulang
I. Pengantar
Potensi energi Sumber daya alam panas bumi (geothermal) menjadi salah satu sumber energi alterntif yang sudah dikembangkan di banyak negara di dunia. Hal ini dilatarbelakangi semakin menurunnya cadangan minyak bumi yang tersedia di perut bumi. Tidak tidak terkecuali Indonesia yang selama beberapa dasawarsa ini memperimadonakan minyak bumi sebagai sumber energi andalan. Di tengah krisis minyak bumi yang dihadapi secara global, penelitian vulkanologi menunjukan bahwa bahwa Indonesia merupakan daerah yang berpotensi akan sumber daya alam, termasuk sumber daya panas bumi. Potensi energi panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai 27 Gwe.
Potensi panas bumi yang di Indonesia sangat erat kaitannya dengan posisi Indonesia dalam kerangka tektonik dunia.Ditinjau dari munculnya panas bumi di permukaan per satuan luas, Indonesia menempati urutan keempat dunia, bahkan dari segi temperatur yang tinggi, merupakan kedua terbesar di dunia. Sebagian besar energi panas yang telah dimanfaatkan di seluruh dunia merupakan energi yang diekstrak dari sistim hydrothermal. Sistim hydrothermal erat kaitannya dengan dengan sistim vulkanisme dan pembentukan gunung api pada zona batas lempeng yang aktif dimana terdapat aliran panas (heat flow) yang tinggi.Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng aktif yang memungkinkan panas bumi dari kedalaman ditransfer ke permukaan melalui sistem rekahan. Posisi strategis ini menempatkan Indonesia sebagai negara paling kaya dengan energi panas bumi sistim hydrothermal yang tersebar di sepanjang busur vulkanik. Sehingga sebagian besar sumber panas bumi di Indonesia tergolong mempunyai entalpi tinggi.
Panas bumi merupakan sumber daya energi baru terbarukan yang ramah lingkungan (clean energi) dibandingkan dengan sumber energi fosil. Dalam proses eksplorasi dan eksploitainya tidak membutuhkan lahan permukaan yang terlalu besar. Energi panas bumi bersifat tidak dapat diekspor, maka sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri teristimewa pada sekitar Wilayah Kerja Pertambangan (WKP). Sampai tahun ini, diperkirakan sebanyak 300 area panas panas bumi telah diidentifikasikan melalui inventerisasi dan eksplorasi. Sebagian besar dari jumlah area tersebut terletak di lingkungan vulkanik, sisanya di lingkungan batuan sedimen dan metamorf. Berdasarkan distribusi, klasifikasi dan potensi energy maka Lembata berasosiasi dengan sistim vulkanik aktif. Kondisi idel geologi diharapkan memenuhi persyaratan daerah panas bumi (geothermal reservoir) yang dapat menghasilkan uap panas adalah adanya sumber panas (heat source), adanya batuan reservoir dengan porositas dan permeabilitas cukup tinggi berisi fluida panas (ada pengisian kembali air dingin melalui rekahan atau sesar), serta adanya batuan penutup (cap rock) yang dapat menahan pelepasan panas.
UU No. 20 tahun 2002 Tentang ketenagalistrikan memberikan kesempatan pengembangan pembangkit tenaga listrik dari sumber energi baru terbarukan setempat di wilayah kompetisi dan non kompetisi. Mengacu pada UU no 27/2003 dan UU No. 20/2002 tersebut telah dibuat suatu peta perjalanan (road map) panas bumi sebagai pedoman dan pola tetap pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia termasuk Kabupaten Lembata. Industri panas bumi yang diinginkan yang tertuang dalam peta tersebut antara lain pemanfaatan untuk tenaga listrik dan berkembang pemanfaatan langsung (agrobisnis, pariwisata, dll) dan keperluan listrik lokal bahkan listrik regional.
Berdasarkan refleksi penulis, Studi Banding ke PT Pertamina Geothermal Komajang memberikan kesadaran baru akan pentingnya pengelolaan panas bumi sebagai energy alternatif yang ramah lingkungan. Pemanfaatan panas bumi relatif ramah lingkungan, terutama karena tidak memberikan gas rumah kaca, sehingga perlu didorong dan dipacu perwujudannya, pemanfaatan panas bumi akan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak sehingga dapat menghemat cadangan minyak bumi. Di samping itu injeksi air hasil kondensasi steam panas bumi tidak mengurangi kapasitas atau ketersediaan air di perut bumi. Dalam perspektif geokimia, beberapa senyawa kimia hidrokarbon yang terdapat dalam fluida akan mendapat ‘perlakuan’ di cyclone separator dan misteliminator sehingga tidak memberikan pengaruh negative terhadap lingkungan. Bahkan air injeksi bisa dipergunakan untuk menyirami lahan pertanian. Pengelolaan panas bumi merupakan salah satu bentuk penggunaan sumber energy altenatif yang ramah lingkungan dengan menggunakan proses pengelolaan hydrothermal.
Bersambung………………….

Kamis, 21 Oktober 2010

Fredy Wahon : Jalan ke Lamalera Tidak Diusulkan Pemerintah

“Sejak satu tahun saya di DPRD, jalan ke Lamalera tidak pernah diusulkan oleh pemerintah” kata Anggoota DPRD Lembata Frederikus Wilhelmus Wahon dari Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN), saat ditemuai Super di kediamannya di bilangan wangatoa kelurahan Selandoro, Kamis (21/10). Hal ini disampaikannya dalam rangka menyikapi keluhan masyarakat Lamalera.
Fredy-pun menjelaskan, untuk tahun anggaran 2010 ini telah dianggarkan perbaikan jalan pada segmen kritis dalam ABDP Perubahan. Walau hanya dalam bentuk penimbunan urpil pada bagian-bagian yang dianggap paling kritis. “ya memang hanya dalam bentuk penimbunan karena uang kita tidak cukup untuk aspal” katanya.
Baginya Lamalera adalah Ikon pariwisat dunia, orang mengenal lembata karena lamalera. dan untuk itu sewajarnya jika jalan menuju lamalera di perbaiki. Namun melihat kondisi jalan yang parah ini, ferdy berpendapat, hal ini dikarenakan kurangnya keseriusan pemerintah untuk memperhatikan dan mengembangkan dunia pariwisata di lembata terutama mendukung lamalera sebagai desa tujuan wisata dunia.
Proses perencaan di kabupaten lembata, dirancang oleh pemerintah untuk mengutungkan pengusaha (kontraktor-Red), dimana badan jalan yang mendatangkan keuntungan besar bagi kontraktor disitu direncanakan lebih dahulu, “jadi berposes paada pengusaha, bukan berposes pada kebutuhan” tutur fredy kesal. Ditambahkannya pula bahwa, untuk masuk dalam APBD Perubahan tahun 2010, itu kerja DPRD bukan kerja pemerintah, “DPRD yang paksa perintah untuk dimasukan dalam anggaran APBD Perubahan”.
Wah, apa karena kampungnya Piter Keraf? “oh, tidak. Sejauh ini saya tidak melihat karena ada dendam politik tetapi ini karena buruknya Kinerja pemeritah”. Ujar Fredy Tegas.

Rabu, 20 Oktober 2010

Polce Ruing : Jangan Buat Politik Seperti Monster

Gong Pilkada belum ditabuh, namun iklim politik Lembata terasa semakin memanas. Beragam issu politik yang dimainkan oleh para politisi yang menyatakan diri siap bertarung merebut kursi kekuasaan, kini menggelinding ke seantero pelosok persada Lembata, tak peduli desa atau kota, siang ataupun malam, hujan atau panas, tim politik bekerja tak kenal waktu. Berbagai trik dan intrik digunakan tuk sekedar mencari simpati rakyat, terkadang membawa politisi masuk kedalam ruang konflik yang sesunguhnya mungkin tak perlu terjadi, tapi itulah kenyataanya.
Menyikapi keadaan ini, Politisi muda kelahiran Lamatuka Paulus Doni Riung, SE, saat di konfirmasi Super Selasa (19/10) mengatakan, nilai budaya lokal yang mengajarkan kesantunan haruslah tetap terpatri dalam benak para politisi Lembata, siapapun orangnya. Perang strategi untuk merebut simpati rakyat, baginya adalah wajar dalam dunia politik, namun haruslah itu diakhiri dengan kedamaian. “siapapun pemenang dari permainan politik ini, haruslah didukung oleh petarung lainnya” konflik politik yang berkepanjangan akan membawa Lembata ke dalam lembah kehancuran “sebab politik haruslah dibatasi oleh ruang dan waktu”. Kata pria yang disapa Polce Ruing ini.
Polce yang ditemui di kediamannya di bilangan Waikomo Kelurahan Lewoleba Barat itu, mengaku kehadiran dirinya di Lembata tuk sekedar mendengar aspirasi masyarakat terhadaap pemimpinnya di masa datang. Saat ditanya soal kesiapan dirinya untuk mencalon diri dalam Pemilu-kada mendatang, Pria yang hampir separuh masa mudanya dihabiskan di Jakarta ini mengatakan, “jika di percaya oleh rakyat, saya siap memimpin Lembata” .
Melihat potensi sumberdaya lokal kabupaten lembata yang sangat potensial untuk dikembangkan, Polce optimis jika lembata kedepan akan mampu mandiri secara finansial, pertumbuhan ekonomi rakyatpun akan menjadi lebih baik, jika pemerintah atau pemimpin kedepan mampu memenej semua sumber daya yang ada di lembata untuk dikelola bagi kepentingan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut Polce, Sumber Daya Alam (SDA) non tambang di lembata dapat diandalkan menjadi tumpuan ekonomi lembata kedepan. Tambang bukan menjadi prioritas baginya
Putra Lembata yang ikut dalam Tim perjuangan lembata otonomi di Jakrta ini, mengaku siap membangun lembata jika kelak dipercaya untuk menempati kursi nomor satu lembata, dan baginya pembangunan dilembata dapat dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa menunggu DPRD membahas dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana pembangunan dapat ditalangi dengan uang yang tersimpan pada rekening pribadinya dalam bentuk pinjaman dan akan dikembalikan ketika APBD telah ditetapkan.
Politik bagi Polce hanyalah sebuah instrumen yang dipakai untuk meraih tujuan bersama, Untuk itu ia mengajak semua elemen masyarakat lembata, terutama para bakal calon agar senantiasa mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal dalam memulai sesuatu kegiatan termasuk pertarungan Pilkada nanti dan ”janganlah kita membuat Politik itu bagaikan Monster yang siap menerkam siapa saja, tapi hendaklah kita sebagai calon pemimpin bisa menciptakan iklim politik yang demokratis”. Walau demikian, sebelum mengakhiri perbincangannya bersama Super Polce mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dalam menentukan pilihan terhadap calon pemimpin kedepan. “saya hanya berpesan agar masyarakat lembata selalu berhati-hati dalam memilih pemimpin di Pilkada mendatang”

Selasa, 19 Oktober 2010

Aktivitas Nelayan Lamalera, Saat Tidak Melaut.

Begnilah aktivitas Nelayan lamalera saat tidak melaut, berbagai pekerjaan dapat dilakukan di pinggir laut, dibawah rumah peledang sambil mengawasi Laut, siapa tau tiba-tiba ada ikan paus yang muncul. (foto-elias making)

Senin, 18 Oktober 2010

Ke Lamalera, Berbecek-Becek Dahulu Bersakit-Sakitlah Kemudian

Super Lembata,
Lamalera adalah sebuah kampung tradisional yang dikenal karena perburuan ikan paus. Sejak lama memang lamalera telah menjadi ikon pariwisata lembata, bahkan dunia. Namun sayang, nama besar Lamalera yang kesohor sampai ke ujung bumi itu, nampaknya tak membuat orang lamalera menikmati fasilitas publik dengan baik. Jika sesekali bertandang ke Lamalera, kesan pertama yang anda dapatkan adalah Lamalera yang tersilolir, seperi yang dialami Super saat bertandang ke Lamalera. bahkan akibat rusak dan genangan lumpur, Super beberapa kali terjungkal dari motor.
“Lubang yang bertebaran sepanjang jalan, genangan lumpur setinggi paha orang dewasa, jalanan yang sempit, adalah bukti nyata ketidak seriusan Pemda Lembata dalam mendukung pembangunan pariwisata di Lamalera.” kata Gaspar Nivak dalam perbincangan bersama Super di Lamalera Senin (18/10).
Jalur dari Lewoleba menuju Lamalera melewati tiga kecamatan, yaitu Nubatukan, Nagawutung, dan Wulandoni. Diantaranya melintasi desa-desa yang selama ini menjadi desa kantong produksi di kabupaten lembata, “sehingga adalah naif jika pemerintah tidak memperhatikan jalan menuju Lamalera”. Tegas Gaspar.
Senada dengan gaspar, seorang PNS yang bertugas di kecamatan wulandoni, kepada super mengatakan, adalah wajar kalau Lamalera diperhatikan secara khusus terutama mendorong peningkatan industri pariwisata, melalui perbaikan infra struktur jalan. Walau demikian sebagai Pegawai Negeri Sipil, ia mengaku tidak dapat bersuara banyak. Dan oleh karenanya ia meminta agar namanya tidak di publikasikan. “Ama saya ini PNS jadi jangan tulis saya punya nama e” Pintanya.
Dan menurut sang PNS tersebut, memperbaiki jalan menuju lamalera sama saja denga menguhubungkan kantong-kantong produksi dengan kota, serta mendekatkan pelayanan pemerintah serta membuka keterisolasian, dengan demikian ia berharap tidak saja kepada DPRD tetapi juga Pemda Lembata agar sesegera mungkin mengangarkan perbaikan jalan Lewoleba-Lamalera.
Anggaran perbaikan jalan sesuai APBD Perubahan tahun Anggaran 2010, hanya untuk perbaikan pada segmen kritis. Hal ini disampaikan Anggota DPRD Lembata Frederikus wilhelmus Wahon melalui Face Booknya. Ia berpandangan bahwa, perhatian pemerintah terhadap jalan di kabupaten lembata sangatlah rendah, dan soal jalan pemerintah bahkan selalu mengatakan akan diperhatikan. Jelasnya.
Ongkos perawatan kendaraan dirasa memberatkan, dan oleh karenanya suka atau tidak, tarif kendaraan menjadi mahal. “biaya perawatan kendaraan sangat mahal, karena kondisi jalan kita yang parah” ceritera Sales pengusaha angkutan asal lamalera senin (18/10). Sales akhirnya memilih memarkir kendaraanya dan tidak beroperasi selama jalan Lewoleba-Lamalera masih dalam keadaan parah.