Halaman

Rabu, 07 September 2011

P. BERNARDUS BODE, SVD SANG PERINTIS JALAN (Mengenang 125 Tahun Gereja Katolik Masuk di Lembata)


Patut kita bersyukur kepada Tuhan, karena 125 Tahun sudah Gereja Katolik berkarya di Lembata. Parayaan meriah peringatan 125 Tahun Gereja Katolik masuk di Lembata di langsungkan hari ini di Lamalera, 8/9. Tentu dihadari oleh sebagian besar umat ketolik di Lembata. Namun demikian tidak banyak juga yang tahu bagaimana misi katolik itu masuk dan berkarya di Lembata, dan untuk itulah tulisan singkat ini saya persembahkan untuk mengenang kembali perjalanan Gereja Katolik di Lembata. Berikut kisah singkat yang saya himpun dari buku “Mengenang 125 Tahun Kehadiran Gereja Katolik Di Lembata”   
P. Bernardus Bode, SVD atau lebih dikenal dengan Bapa Bode adalah seorang biarawan katolik yang lahir di Bilshauesen-Jerman, 20 Agustus 1885. Bapa Bode ditahbiskan menjadi imam tahun 1910. Selama enam tahun pertama beliau berkarya di Togo-Afrika. Konfilk perang dunia pertamalah yang  menghantarkan Bapa Bode kembali ke Eropa dan selanjutnya ditugaskan untuk berkarya Indonesia. 11 Mei 1920 Bapak Bode pertama kali menapak di Indonesia untuk selanjutnya ke Lembata dan Menetap di Lamalera.
Pater Bode adalah seorang imam yang selalu melayani umat dengan penuh kasih, namun dikalangan para biarawan ia juga dikenal sebagai seorang yang keras kepala walau demikian Ia disebut sebagai Misionaris yang saleh oleh Mgr. Heinrich Leven, SVD (uskup Larantuka).
31 tahun P. Bernard Bode berkarya di Lembata, dan tepatnya Pebruari 1951 Bapa Bode meninggalkan Lembata karena menderita gangguan saraf, walau akhirnya kesehatannya pulih, namun ia tidak dijinkan untuk kembali ke Indonesia karena faktor usia.
Menurut catatan, Bapa Bode menderita gangguan saraf selama 27 tahun. Di eropa, sang perintis iman umat lembata ini tinggal di Biara Pusat SVD Steyl-Belanda.
Selama sakit hingga pensiun ia selalu merasa dekat dengan umatnya di Lembata, kerinduan untuk kembali berkarya di lembata di obati dengan berdoa dan menulis sepucuk surat yang ditujukan untuk umat-umat kesayangannya di Lamalera.
Surat Bapa Bode tertanggal 7 Oktober 1970 itu masih tersimpan rapih di Arsip Paroki Lamalera.
Walau jauh dari umatnya di Lamalera, ia selalu merindukan mereka, kerinduannya itu ia gambarkan secara jelas dalam suratnya yang ia tulis dalam bahasa Lamalera “Lero nan rema, goe peten mio kepaera. Goe taku gelupa mio hala, di mengaji goe ona. Mio leta mi goe tula misa soro mio. Nae pe alus-alus! Ara goe koda mari mi: Misa misa soro mio goe tula kae, tung matan getan di uli goe teik” demikian gambaran kerinduan Bapa Bode yang ia paparkan dalam suratnya.
Selain itu tak lupa Bapa Bode mengingatkan agar umatnya selalu berkarya di jalan Tuhan, agar kelak dapat diterima disisi Allah Yang Kudus. Atau dalam bahasa lamaleranya ia sebut: Kalo mio dori nuan tuan Allah naen, mio gere kenasip lango uma, ge suku lama sorga kekal.
“Tite hama-hama mengaji ketemar ge ae tai. Pole nan ketemar di alepte. Atatefu tite Yesus!
Kenuat, nek Allah tou oknum telo mahasanto naen, nong nan mio kepaera” kata Bapa Bode mengakhiri suratnya.
20 Agustus di usianya yang 93 saat bertepatan dengan Pesta Pelindung St. Bernardus Bapa Bode menutup usianya, di Biara pusat Steyl-Belanda. 68 tahun berkarya sebagai imam dan 76 Tahun sebagai Anggota SVD.
Selamat Jalan Bapa Bode, Karyamu senantiasa dikenang umat kesayanganmu di Lembata…

Catatan Bapa Bode dalam Buku Harian P. Arnold Dupont SVD.

Adalah Pater Arnold Dupon imam asal belanda saat berkarya di Lamalera yang menggumpulkan beberapa catatan Bapa Bode, terutama berkaitan dengan momen penting selama berkarya di Lembata. Berikut beberapa catatan yang diambil dari Buku “Mengenang 125 Tahun Kehadiran Gereja Katolik Di Lembata”
-          6 Januari 1922 pemberkatan Gereja Lamalera dibawah perlindungan Sta. Perawan Maria Bunda Pembantu Selalu dan rasul St. Petrus, bersamaan dengan pemberian Sakramen Komuni Pertama kepada 60 orang laki-laki.
-          31 Januari 1943 Ibu-ibu dan wanita lain menerima Komunio Pertama.
-          2 Pebruari 1943, terbentuknya kongregasi Sta. Maria untuk para gadis.
-          Ke Lerek untuk persiapan permandian pertama, satu tantangan terberat yang dihadapinya adalah komunikasi. Dan oleh karenanya Pater Bode berusaha menerjemahkan doa-doa dalam bahasa lerek agar mudah dipahami.
-          19 Pebruari 1943, 27 anak laki-laki dari sekolah-sekolah yang berasal dari 5 kampung di Atadei menerima Komunio Pertama. Bertepatan dengan itu 50 anak mendaftarkan diri masuk Sekolah Dasar
-          4 Maret P. Hundler, SVD ditarik ke Jopu-Ende. Dahulunya menjadi misionaris di Togo-Afrika. Sayang karena P. Hundler, SVD adalah seorang misionaris yang sangat dicintai anak-anak. P. Bode kembali ke Lamalera menjelang paskah.
-          3 Mai Permandian Besar di Lamalera
-          7 Mai, Kakang Muran mengumpulkan semua laki-laki Lamalera dan meminta supaya tidak lagi membuat persembahan kepada perahu, jika hal ini terus terjadi P. Bode bisa ditarik kembali hal sebagaiamana pesan dari P. Van Cleef. Soreh harinya orang-orang membawa tempat dari kayu yang didalamnya berisi kurban sesajian untuk dipersembahkan kepada perahu-perahu dan batu-batu, kepada pastor untuk dimusnakan.
-          11 Mei permandian di Leworei (sekarang Lamamanu-red)
-          1 Juni Lonceng gereja dipasang pada candi gereja, Lonceng geraja digoyang pertamakalinya untuk memeriahkan pesta Tri Tunggal Maha Kudus.
-          14-15 Juni, 82 orang di permandikan di Lewuka. (terdiri dari anak laki-laki, perempuan dan orang dewasa)
-          16 Juni, P. Bode ke Kalikasa. Hari Minggu pagi 69 anak laki-laki dipermandikan dan sorehnya 14 anak perempuan. Pada saat itu rumah pastor dibangun dengan bahan bambu. Hari senin menuju Hadakewa dan ke Lamatuka; menurut catatan lama perjalanan hanya satu jam, walau masyarakat biasa menempuh pendakian Hadakewa-Lamatuka 3 jam jalan kaki.
-          20 Juni, 80 orang muda mengikuti sekolah agama di Lamatuka
-          4 Juli 14 anak dan 35 orang dewasa dipermandikan di Pour
-          14 Agustus di Labala tidak mendapat hasil apa-apa. Banyak orang dikampung-kampung takut dengan raja Labala. Di Atawolo 2 anak dari keluarga Paulus Nara dipermandikan.
-          19 Agustus komunio pertama di Kalikasa (tidak disebut jumlah orang yang ikut menerima komunio)
-          20 Agustus, Paulus Nara mendapat tugas pertama menjadi Guru Agama di Lerek, bersamaan dengan itu bertambah pula anak-anak yang ikut sekolah di Lerek.
-          24 Agustus Permandian di Belang. 31 Pemuda, 10 orang Pemudi 12 Anak ikut dipermandikan
-          25 Agustus P. Juan menjadi Guru Agama di Waiwejak. Syukur kepada Allah.
-          26 Agustus permandian di Boto
-          29 Agustus 25 anak sekolah agama di Mingar di permandikan.
-          1-2 september di Lewopenutung 87 anak sekolah agama di permandikan
-          7 September 48 anak menerima komunio pertama (tidak disebutkan tempat)
-          12 September 102 anak lamalera menerima Komunio Pertama.
-          14 Oktober di Lewuka 81 anak remaja dan dewasa menerima Komunio Pertama.
-          1 Nopember 18 muda-mudi dipermandikan di Minggar.
Dalam catatan itu, P. Bode mengatakan selain kesulitan berkomunikasi, tantangan juga datang dari raja Labala yang selalu berusaha untuk menghalangi ajaran agama katolik untuk masuk di wilayah kerajaannya. Pater Bode menguatkan hati orang Lamalera dengan mengajak mereka bernovena dua kali kepada Sta. Perawan Maria Pembantu Selalu untuk Labala.  
Demikian catatan Bapa Bode yang berhasil di arsipkan P. Arnold Dupont, SVD. Sayang ada tulisanyang rusak dan hilang. Semoga bermanfaat

Proses Tender di Lembata Belum Transparan


Proses tender proyek di Kabupaten Lembata hingga kini dinilai belum transparan, bahkan terkesan aturan mainnya sengaja dibuat untuk menjegal perusahan tertentu. Jahatnya lagi rekanan yang ikut dalam pelalngan tak pernah dipanggil untuk melakukan klarifikasi berkas yang diajukan.
Sebagaimana diatur dalam bagian kelima, pragraf pertama Perpres nomor 54 tentang pengadaan barang dan jasa, pasal 57 ayat (1) huruf (a) yang mengatur secara khusus tentang tahapan metode pelelangan umum, setidaknya pihak panitia maupun rekanan akan melewati dua puluh empat proses termasuk didalamnya pembuktian dokumen dan sanggahan.
Oleh karena dinilai melanggar aturan, Ketua Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional (Gapeknas) Lembata Muhamad Nasir melayangkan protes keras kepada panitia pelangan pekerjaan pengadaan alat pertanian (traktor) Dinas Pertanian Lembata, dan mengancam akan melakukan sanggahan sampai ke meja Bupati. Hal ini disampaikan Nasir saat ditemui di kediamannya, selasa, (5/9).
Menurutnya, panitia pelangan tidak  transparan dalam proses pelelangan dan menentukan pemenang tender. Bagaimana tidak, seharusnya setelah melakukan verifikasi berkas tender pantia berkewajiban memanggil rekanan untuk melakukan klarifikasi, namun hal ini tidak terjadi. Anehnya lagi menurut nasir, panitia mengugurkan rekanan yang ikut tender dengan alasan belum berpengalaman.
“Kapan pengusaha lokal berpengalaman kalau pemerintah tidak memberikan kesempatan untuk mereka bisa memperoleh pengalaman? Inikan sama saja dengan membuat orang yang sudah besar bertambah besar dan yang kecil tetap kecil” tegasnya.
Soal pengalaman, nasir mempertanyakan
Nasir pantas kesal, karena selain kapasitasnya selaku ketua Gapeknas Lembata yang berkwajiban untuk memberdayakan pengusaha lokal, perusahannyapun ikut dikalahkan dalam proses tender ini.
“saya tidak kesal bagaimana ama, saya punya turun sampai empat puluh juta kalah, lalu yang mereka menangkan adalah yang penwarannya turun cuma lima juta, ini patut kita pertanyakan” katanya, dan anehnya pemenang tidak ditentukan berdasarkan peringkat. “kalau memang sudah ada pemenangnya ya, panitia kasitau to, biar kita lain tidak ikut” lanjut Nasir.
Ketika disentil mengenai Pantia Pelelangan Lembata yang dari tahun ketahun hanya dijabat oleh orang-orang tertuntu dan seolah-olah menjadi jabatan tetap, Pengusaha Muda ini mengakaui jika untuk menjadi pantia butuh keahlian khusus dan mendapat pengakuan dari pemerintah,  namun demikian ia heran jika hanya orang yang sama itu menjadi panitia di semua SKPD di kabupaten Lembata ini. “saya heran, apakah dari empat ribuh lebih PNS di lembata ini hanya mereka saja yang pintar? Saya mau tanya itu”, tegasnya.
Lebih lanjut Nasir mengharapkan agar dalam pemerintahan baru ini, orang-orang tersebut di evaluasi kembali, jika kita sepakat untuk membuat sebuah perubahan di lembata.
“Kalau kita sepakat untuk merubah wajah lembata, maka panitia-panitia itupun perlu dievaluasi kembali, toh saya yakin masih banyak orang (baca PNS-red) yang bisa, bahkan lebih baik dari mereka”, harapnya.       

BUPATI YANCE, BUTUH KESABARAN BANYAK TUK BANGUN LEMBATA

Pembangunan kantor bupati yang mubasir, pabrik es yang diterlantarkan, hingga pemborosan dana untuk pembangunan gedung baru DPRD Lembata.  Adalah sebagian dari masalah yang diwariskan pemerintahan  Ande Manuk kepada pemerintahan baru. Walau ini bukan sebuah pekerjaan ringan Bupati Yen Sunur berjanji untuk melakukan evaluasi, dan jika terindikasi korupsi akan diserahkan kepada pihak penegak hukum.
Hal ini disampaikan Yen Sunur dalam sambutannya saat pesta rakyat yang digelar di pelataran kantor bupati lembata, malam hari usai acara pelantikan Kamis (25/8). Kesempatan itu bapati Yance berjanji akan menerapkan anggaran yang berpihak kepada rakyat dan siap memperkuat pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur dasar, tentu saja dengan meningkatkan alokasi anggaran pembangunan secara signifikan. Dengan demikian rakyat akan merasakan dampak langsung dari pemanfaatan dana APBD, katanya.
Lebih lanjut yance menjelaskan proyek pemerintah yang dibangun dengan dana APBD namun tidak tuntas akan dievaluasi dan menjadi dasar penyusunan APBD tahun 2012 mendatang.
Anggaran pembangunan selama ini menurutnya tidak berpihak kepada rakyat, APBD yang kecil itu lebih banyak dimanfaatkan untuk belanja aparatur, dan hanya sedikit yang dimanfaatkan untuk belanja pembangunan, oleh karenanya Yen-pun berjanji dalam masa awal keperintahannya akan dilakukan evaluasi kembali struktur APBD dan menekankan efisiensi penggunaan anggaran untuk memacu produktifitas aparat birokrasi.
“Memang dibutuhkan banyak kesabaran untuk memperbaiki kembali kondisi kabupaten ini yang sedang parah ini, perlahan-lahan kita melakukan pembenahan, dan berupaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, peningkatan PAD serta sektor riil lainnya” tegasnya.
Mantan anggota DPRD Bekasi ini menilai, belum kuatnya komitmen membangun Lembata secara bersama-sama akan menjadi hambatan pembangunan kedepan, oleh karenanya bersama Wakil Bupati Viktor Mado Watun memohon dukungan dari semua rakyat Lembata agar pembangunan kedepan dapat berjalan lancar.
“ini saatnya kita menunjukan kecintaan kita terhadap lembata, saya ajak semua kita untuk membuat lembata kembali tersenyum”, ajak Yance.    

Selasa, 06 September 2011

HOG CHOLERA, PEMERINTAH GANTI BABI PROSES HUKUM TETAP JALAN


Tindakan memamasukan babi kedalam daerah bebas hog cholera adalah tindakan yang tidak dibenarkan oleh undang-undang, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tetang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dan oleh karena itu pulalah, dua dokter hewan yang diduga sebagai dalang pengadaan babi dari daerah tertular ke Lembata diadukan oleh masyarakat ke polisi. Hingga kini kasus ini dalam penangangan polisi.
Yakobus Boro sebagai salah pelapor saat bertandang  ke sekretariat Rakyat Mandiri di bilangan segitiga emas wangatoa Jumad, 19/08 silam mengatakan, drh. Manto Beyeng dan drh. Emiliana telah melakukan perbuatan melawan hukum, karena dengan sengaja membawa masuk babi dari kupang yang dinyatakan sebagai daerah tertutup ke Lembata sebagai daerah yang sebelumnya dinyatakan sebagai wilayah bebas hog cholera, akibatnya ribuan ternak babi milik warga mati.
Penyakit hewan ini tentu memiliki dampak yang sangat luas, tidak hanya dampak langsung terhadap sub sektor peternakan dengan mewabahnya penyakit hewan strategis namun menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar pada masyarakat.
Dan oleh karena merasa dirugikan, Boro sebagai salah satu korban berinisiatif mengadukan masalah ini ke pihak Polres Lembata. “saya buat laporan itu bukan bermaksud agar pemerintah mengganti babi-babi yang mati, namun tujuan utamanya adalah menimbulkan efek jera, artinya dengan ini masyarakat menjadi tahu bahwa tindakan membawa masuk babi dari daerah terduga tertular atau daerah tertular adalah dilarang, dan merupakan sebuah tindakan kriminal. Dengan demikian kedepan tindakan-tindakan semacam ini tidak kembali terulang”, ungkap Boro  
Boro simacan bermahkota putih ini bahkan menyebutnya sebagai sebuah kerja kotor. “ini kerja kotor dan untung saja saya telusuri. Jika tidak, tentu masalah ini didiamkan dan kita sebagai masyarakat tidak akan tahu babi kita mati karena penyakit apa”, tandasnya.
Tindakan penanggulangan penyakit yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan peternakan Lembata bagi Boro harusnya dilakukan dari sumber penyakit. Sebab jika penanggulangan hanya dilakukan pada babi-babi lokal, sementara babi-babi yang diduga sebagai pembawa penyakit masih dibiarkan hidup jelas akan tetap menjadi biang penyakit di Lembata.
“Penanggulangan yang dilakukan itu belum cukup, babi-babi yang terduga sebagai sumber penyakit harus dimusnakan. dan itu dimanatkan undang-undang” tuntutnya.
Hal aneh lainnya yang dirasakan Yakobus Boro adalah, ketika dilapangan sedang belangsung penanggulangan wabah hog cholera, drh. Manto Beyeng sebagai Kepala Bidang Kesehatan Hewan malah dimutasi ke Badan Perencanaan Daerah.
“Pertanyaannya adalah pemerintah melihat masalah ini seperti apa, sehingga Kepala Bidang Kesehatan Hewan di pindahkan ditengah wabah sedang menyerang ternak?”, tanya Boro. 
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan No.59 tahun 2007 terdapat 12 penyakit hewan strategis, didasarkan atas eksternalitas dan dampak ekonomi yang diakibatkan. Dari dua belas penyakit hewan strategis tersebut mengingat keterbatasan sumberdaya yang ada difokuskan untuk pengendalian dan penanggulangan lima penyakit hewan strategis yaitu Rabies, Avian Influenza, Brucellosis, Anthrax dan Hog Cholera. Hal ini mestinya dipahami oleh tenaga pengedali ditingkat daerah. Anehnya hal ini tidak dipahami oleh dua dokter hewan itu, karenanya kepada wartawan Boro mengaku sangat meragukan kapasitas dua dalang hog cholera ini.      
“saya meragukan kapasitas dua dokter hewan itu, karena sepanjang ini saya melihat mereka tidak memahami regulasi, masa dokter koq begitu?”, sinis Boro.
Kekesalan yang samapun diungkap Patrisius Pati Beyeng. Warga wangatoa yang dua puluh satu ekor babinya terkena hog cholera itu mengaku amat kecewa ketika mengetahui kalau ternyata hog cholera itu ternyata disebabkan ulah para dokter hewan yang mestinya bertindak sebagai orang pertama yang mengamankan aturan. Untuk itu guru PNS pada SMA Negeri 2 Nubatukan ini meminta pengakuan jujur dari dinas pertanian dan peternakan Lembata tentang asal-muasal penyakit hog cholera yang mewabah di Lembata. Pengakuan jujur ini menurut Patris, sangat membantu masyarakat untuk tidak lagi membawa hewan ternak berupa babi dari daerah-daerah yang dianggap tidak aman.
“Mereka harus jujur mengatakan dari mana penyakit itu datang, supaya masyarakat ikut mencegah atau tidak lagi membawa babi dari daerah-daerah yang tidak aman” kata patris saat ditemui di kediamannya Sabtu, 20/08.
Semengtara itu menyikapi adanya bantuan babi yang sudah diterima beberapa masyarakat di desa Pada kecamatan Nubatukan, Patris menilai hal ini sebagai bentuk tanggungjawab dari pemerintah terhdap rakyatnya, namun sayang Patris tidak bersedia jika bantuan yang diterima masyakat itu di sebut sebagai kompensasi pemerintah terhadap kerugian masyarakat yang ditimbulkan oleh wabah hog cholera, dan tidak berarti juga proses hukum harus dihentikan.
“Apapun bentuk tanggungjawab yang ditunjukan, kami tentu tidak bisa menghentikan proses hukum yang sekarang tengah berlangsung”, tegas guru yang mengaku masih keluarga dekat dengan salah satu terlapor ini.
Hal senadapun diungkap Leonardo Keraf, Saat dimintai pandanganya berkaitan dengan informasi bantuan babi oleh pemerintah kepada masyakat korban hog cholera, politisi muda ini mengatakan “Apakah dengan mengganti babi hog cholera akan hilang? Saya kira tidak bisa begitu, masyarakat setiap hari dihantui dengan wabah hog cholera. Ini sebuah kejahatan”, tegas Nardo
Bahwa keinginan pemerintah untuk menggantikan babi adalah sebuah bentuk tanggunggungjawab, namun dalam perkara ini, pertanggungjawaban itu harus dilakukan dihadapan hukum. Mereka harus membuktikan itu dihadapan pengadilan, lanjutnya.
Nardo bahkan mengaku heran, sebab sebelumnya melalui media ini Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lembata Virgilius Natal telah membantah bahwa babi-babi yang diduga sebagai pembawa hog cholera ke lembata bukan program dinas. Jika demikian mengapa pemerintah yang harus mengganti? kata nardo penuh tanya.
Oleh karena merasa ada kejanggalan anak mantan penjabat Bupati Lembata Petrus Boliona Keraf ini tetap mendorong agar pihak kepolisian resot lembata untuk mengusut kasus ini hingga tuntas.