Halaman

Rabu, 22 Desember 2010

Margaretha Manuk: Bapak Sakit Hati Karena Didemo


 Gbr. Kunrardus Koli Muda (foto: Yogi)

“saya tidak setuju dengan Pater Vande punya kegiatan yang mangajak masyarakat untuk tolak tambang, kamu lihat gereja besar itu, kamu lihat jalan-jalan yang dibangun sampai ke Leragere. Itu bukan uangnya Pater Vande, tetapi itu uangnya bapak(Andreas Duli Manuk-red)”
Hal ini disampaikan oleh ketua Tim Penggerak Program Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Lembata Ny. Margaretha Hurek Manuk, pada acara serah terima jabatan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Lebatukan, dari Ibu Lusia Wahon kepada Ibu Eda Letor, di Balai serbaguna Kecamatan Lebatukan, yang dihadiri oleh para kepala desa se-Kecamatan Lebatukan, para ketua BPD, se-Kecamatan Lebatukan, para ketua TT-PKK desa se-Kecamatan Lebatukan, dan para tokoh masyarakat se-Kecamatan Lebatukan, Selasa 21/12/2010 pagi.
Hal ini disampaikan kembali oleh Kepala Desa (Kades) Seranggorang, Kondradus Koli Muda, Rabu 22/12/2010, di Lewoleba, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut. Koli Muda mengaku kecewa dengan pernyataan Margeretha, karena sebagai seorang pemimpin, tidak seharusnya kata-kata seperti itu disampaikan.
“Sebagai Kepala Desa Seranggorang yang mengerti mengenai tata krama dan adat lamaholot yang selama ini kita junjung tinggi, saya sangat menyesal dengan adanya pernyataan ibu ketua TP-PKK tersebut. Karena momen ini seharusnya dijadikan sebagai momen untuk meminta maaf dan rekonsiliasi, kalau dalam 10 tahun memimpin ada salah kata, atau silang pendapat, sekaligus sebagai momen untuk silaturahmi, menyatukan masyarakat untuk kembali menatap masa depan, dan bukan untuk memecah belah masyarakat yang sebentar lagi akan merayakan hari raya Natal,” urai Koli Muda.
Selain itu Kun mengatakan, pernyataan itu jelas melahirkan kekecewaan dari perserta yang hadir pada saat itu, termasuk Ny. Andreas Nula Liliweri, dan Ny. Petrus Toda Atawolo. Bahkan Kades Ledotodokowa, Paulus Ola Atu, langsung melakukan interupsi dan mengatakan, “Pater Vande tidak berada dalam ruangan ini, jadi jangan sebut-sebut Pater Vande punya nama. Namun Margeretha langsung membalas dengan suara kasar bahwa, kalau tidak puas diluar.”
Selain itu, margaretha mengatakan suaminya Andeas Duli Manuk sakit hati karena didemo oleh masyarakat lingkar tambang “Bapak juga sakit hati, bagaimana kamu datang demo terus-terus,” tutur Kun mengulangi pernyataan Margaretha. yang nampak dalam sambutan tersebut, terbukti sarat emosional, dan tidak menunjukkan pribadi seorang istri pemimpin. Kata mantan anggota DPRD Lembata periode pertama ini.
Hal lain yang diungkap Margaretha dalam kesempatan itu adalah, masyarakat Ile Ape sangat marah dengan aksi demonstrasi dari masyarakat leragere dan kedang, namun untungnya orang Ile Ape masih punya hati sehingga tidak sampai melakukan tindakan anarkis.
“Kamu yang datang demo itu sama dengan anjing-anjing rabies. Untung orang Ile Ape masih punya hati, kalau tidak mereka jaga di batas kota, dan sebagian dari kamu yang datang demo tolak tambang sudah mati di Batas Kota,” lanjut Margaretha.

Orang Ile Ape Juga Tolak Tambang

“Sebagai anak Ile Ape saya mau mengatakan bahwa pernyataan dari Ibu Margaretha Manuk itu sama sekali tidak benar, dan tidak mewakili kami orang Ile ape. Kami orang Ile Ape tidak pernah bermusuhan dengan orang lebatukan atau masyarakat lingkar tambang”
Pernyataan ini disampaikan Simon Langoday. Saat ditemui dibilangan wangatoa kelurahan selandoro Rabu, 22/12/2010 petang.
Bagi simon persoalan tambang di lembata telah melahirkan konflik yang tak pernah selesai, oleh karenanya ia berharap, siapapun dia tidak boleh membuat statmen-statmen yang bersifat provokatif yang dapat melahirkan konflik horisontal antar masyarakat. Bahkan menurut Simon, orang Ile Ape pun tolak tambang. “Saya pikir istri bupati, hanya mau melahirkan pernyataan untuk menciptakan konflik antara masyarakat Ile Ape dengan masyarakat Lebatukan. Karena kami selama ini tidak pernah ada permusuhan dengan orang Lebatukan, dan jangan pikir bahwa bupati orang Ile Ape jadi kami orang ile ape juga dukung tambang, saya tegaskan kembali bahwa kami orang Ile Ape juga tolak tambang” kata Simon tegas.
Sementara itu, tokoh muda asal ile ape lainnya Elias K. Making saat di temui di kediamannya rabu 22/12/2010 menilai, sebagai istri bupati mestinya Ibu Margaretha harusnya bertindak sebagai ibu bagi masyarakat lembata dan selalu memberikan kesejukan dan merangkul masyarakat, bukan membuat masyarakat semakin jauh dari pemimpinnya. “sebagai istri bupati mestinya ibu Margaretha tampil sebagai sosok yang menyejukan, dan merangkul masyarakat, bukan membuat masyarakat semakin jauh dari pemimpinnya sendiri”. Kata Elias
Bagi Elias, Lembata ini dibangun dengan uang negara yang diperoleh dari pajak yang dibayarkan rakyat, jadi salah jika mengatakan bahwa Lembata ini dibangun dengan uanh pribadi. “salah sekali bila mengatakan bahwa lembata ini dibangun dengan uang pribadi, saya hanya mengingatkan saja bahwa, pembangunan dimana saja itu dibangun dengan menggunakan uang negera.” Tegas anak Ile Ape yang tinggal di wangatoa ini. Sayang sampai dengan berita ini diturunkan Margaretha Manuk tidak sempat di temui. (Yogi)

Senin, 20 Desember 2010

Daud Dore Sedang Berbohong ?


Memprihatinkan memang, SDN Wulandoni yang saat ini sedang mengalami sengketa  tanah yang digugat oleh bapak  Daut  Dore yang mengaku bahwa tanah tersebut miliknya adalah tidak benar. Dasar pengakuan tersebut tidak dibuktikan dengan sebuah dokumen pelimpahan menguasai tanah  tersebut yang menjadi hak  kuasanya .
Menurut sumber terpercaya Super, Senin, (29/11)  menjelaskan  bahwa pemilik tanah tersebut yakni, Bapak Yosep Kabi Keraf  yang pada waktu itu menyerahkan hak  untuk menguasai tanah sepenuhnya dan  disertai dengan dokumen pelimpahan wewenang kepada pihak sekolah melalui bapak  Agus   motong. Sedangkan yang di berikan kepada bapak  Daud  Dore hanya  untuk menggarapnya  atau  “hak garap”.  
Kepala  Sekolah SDN Wulandoni, Donatus Dema Koko Making  ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya  menjelaskan   bahwa, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dan kegiatan  ekstrakurikuler sangat  terganggu degan persoalan ini.  Pasalnya,  disekitar  lingkungan sekolah  telah dijadikan sebagai lahan pertanian  dan  ditanam tanaman  jangka  panjang seperti jambu mente dengan jarak 1 meter dari  gedung sekolah yang ditanam olehnya  dan  mengaku bahwa  tanah  tersebut  kepunyaan dirinya. Ironisnya , bola yang dimainkan  oleh anak – anak  setiap  jam  olahraga   atau  jam  ekstrakurikuler ,dan  ketika bola itu  jatuh tepat pada lokasi yang menjadi kebunya diambil dan di bawa kembali ke rumahnya.
“ Kita sudah sampaikan kepada mantan  Kepala  Dinas Pemuda  dan Olahraga, Gabriel Warat  Dan Komisi C DPRD Kabupaten Lembata, namun hingga saat ini belum di tindaklanjuti “,   pungkas Koko Making.  Lebih lanjut   Koka Making menjelaskan bahwa , tim ini sudah melakukan upaya pendekatan terhadap  pihak  keluarga  melalui  Kepala Desa  Pantai Harapan untuk menggantikannya dengan  sebidang  tanah yang  dijadikan  kebun sekolah  dan   satu bidang tanah yang dekat dengan  areal  Puskesmas  kecamatan Wulandoni  yang rencananya  di beli oleh  pemerintah Desa   Wulandoni dari salah seorang warga Desa Atakera. Namun upaya  yang  dilakukan  oleh  Tim tersebut tidak membuahkan hasil.
Hal ini di sebabkan  karena, tidak ada sikap yang  jelas    dan lemahnya  responitas  serta upaya  apa  yang harus di ambil dari PEMDA  Lembata , Dinas PPO, dan Komisi C DPRD Kabupaten Lembata Yang menangani secara langsung bidang pendidikan dalam menyikapi persoalan ini. Hingga saat ini belum ada tindaklanjut yang jelas. 
Donatus Dema Koko Making  (foto Super)
 

Lembata Butuh Pemimpin Yang Merakyat


“ Lembata butuh pemimpin yang merakyat“. Demikian hal ini di sampaikan oleh bapak Petrus Gute Betekeneng ketika  ditemui Super di kediamannya, kamis (16/12).
Melihat kondisi lembata saat ini, Betekeneng menjadi sangat prihatin. Sebagai salah satu tokoh perintis  otonomi  Kabupaten lembata, Dia turut memberikan rasa keprihatinan , dengan melihat  kondisi  yang  dirasakan masyarakat  Lembata saat ini yang  sungguh  mencekam.  Pasalnya,  Memasuki  umur  yang ke 11 tahun otonomi lembata masyarakat  lembata  belum merasakan kesejehteraan  dan keadilan yang merata  dari setiap dimensi kehidupan. Kegagalan  dalam pembangunan  yang  berorientasi  kepada kepentingan  masyarakat, merupakan kegagalan pemimpin  itu sendiri.
“ Kabupaten lembata  yang  dulu bersih dari segala macam bentuk penindasan kini di lacuri dengan  prilaku pemimpin lembata yang  berwatak arogan dan otoriter,” tegas Betekeneng. Menurut Betekeneng  bahwa  tokoh atau pemimpin Lembata  yang layak memimpin kabupaten lembata lima tahun kedepan  adalah tokoh atau pemimpin yang  jangan hanya mengejar kekayaan, nama, kekuasaan , tetapi tokoh yang   mau melayani dan mengabdi untuk rakyat,  dengan hati yang jujur untuk menegakan keadilan dan kebenaran menuju kesejahteraan rakyat Lembata.  Karena selama ini, tokoh – tokoh itu mengkampanyekan  hal yang muluk – muluk teryata  pengalaman itu dalam praktek apa yang disampaikan itu tidak terlaksana. Mereka selalu menjanjikan sesuatu,  tetapi secara fakta tidak di realisasikan  dengan tidak memperhitungkan keadaan keuangan daerah lalu merencanakan hal  - hal yang mencapai  tujuan mereka menjadi pejabat.
“ Masyarakat  selama ini merasa kecewa  dengan harapan – harapan yang di sampaikan oleh calon – calon tersebut , sehingga menurut saya,mereka tidak harus mengejar segala hal yang saya sampaikan tadi, tetapi mengejar  tujuan atau kepentingan public atau masyarakat.  Saat ini kita masih tetap dengan kondisi seperti tahun 1954 kemarin ,” tutur Betekeneng .
Betekeneng mengharapkan, ketika telah menjadi Bupati dan Wakil Bupati, jangan pernah mengingkari janji- janjinya dan mengurus  kepentingan diri, kekayaan, korupsi dan sebagainya dan hal – hal yang di harapkan masyarakat tidak tercapai. “ Harapan saya terhadap salah satu paket yang nantinya lolos dalam pemilukada lembata  kali ini, bahwa bekerja dengan  hati, bertanggungjawab sehingga rakyat bisa merasakan apa yang mereka sampaikan di saat kampanye. Sehingga kita bisa keluar dari pada kemiskinan, kemelaratan ,ketertinggalan , keterisolasian dan segala macam bentuk penindasan lainnya “, tegas Betekeneng.
 

 

Pencetus Statment 7 Maret, Petrus Gute Betekeneng (Foto Super)

Selain Kalang, Belang, Siapa lagi Jadi Tersangka ?


Penetapan tersangka kasus pipanisasi Mata air Belobao desa Lewuka ke desa Lamalera A dan B yang terkatun-katun, akhirnya terjawab. Penyidik Polres lembata akhirnya berhasil menetapkan dua tersangka yakni Paulus Papo Belang dan Kristoforus Kalang. Keduanya akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.
Menurut hasil rekaman Super, proyek tersebut dikerjakan oleh CV. Putra Karya milik Paulus Papao Belang yang katanya dipinjam oleh Theresia Abon Manuk atau Erni Manuk untuk mengikuti tender. Namun dalam perjalanan, bukan Erni Manuk yang menggunakan perusahan tersebut tetapi diserahkan kepada Kristoforus Kalang yang mengaku disuruh oleh Erni Manuk untuk mengikuti tender dengan memalsukan tandatangan Papo Belang dan cap CV. Putra Karya. Karen menurut pengakuan Belang, ketika di periksa penyidik bahwa semua proses yang dilakukan oleh kalang tanpa sepengtahuan dirinya.dalam hal ini Belang merasa dirugikan dan menjadi korban kejahatan yang dilakukan Kristoforus kalang dan kawan – kawan. 
Ironisnya, diduga beberapa pihak yang di libatkan dalam proses ini yakni, Dinas Pekerjaan Umum (PU),  Badan Pengelolaan Keuangan Dan asset Daerah (BPKD) yang telah mengeluarkan surat perintah pembayaran uang daerah (SP2D) yang menyalahi Kepres 80 Tahun 2003, Dimana proyek tersebut baru 25%, namun dana yang di cairkan sudah 100%. Lebih memalukan  Bank NTT cabang Lembata, menerima pembayaran walaupun terjadi perbedaan nama dan nomor rekening ;nama Paulus papo Belang, nomor rekening :Kristoforus kalang;
Kepala Bank NTT , Bonevasius Masang,yang dikonfirmasi menjelaskan bahwa, bahwa Bank NTT hanya menginput nomor rekening , bukan nama dalam pencairan dan penerimaan pembayaran sesuai yang diminta pengguna anggaran. Menurutnya nama sangatlah tidak penting, yang penting adalah nomor rekeningnya.
Praktisi Hukum, Petrus Bala Wukak menilai bahwa, kasus ini adalah suebuah kejahatan korupsi sistematis yang di mainkan oleh Dinas PU, BPKAD, Bank NTT, dan kristoforus Kalang. Menurut Wukak, Papo Belang  adalah korban atas modus operandi  yang dimainkan oleh Erni Manuk dan Kristoforus kalang, sehingga polres Lembata Harus Lebih cermat melihat dan mengungkap siapa otak atas konspirasi besar ini.
Kapolres Lembata AKBP Marthen Johanes menjelaskan bahwa, dalam kasus korupsi  ini yang paling inti adalah korupsi ini telah menguntungkan diri sendri dan orang lain.  Paulus Belang ditetapkan sebagai  tersangka karena dalam hasil pemeriksan terhadap  Kristoforus Kalang,  bahwa adanya  pemalsuan admistrasi dan tandatangan.  Tetapi ada satu hal yang menurut hemat kami,  agak mengganjal bahwa  Paulus Belang rela memberikan dukungan perusahannya kepada saudara Kristoforus Kalang termasuk membberikan cap. Dalam indikasi ini bahwa dalam keadan yang sadar Paulus Belang tidak mengikuti tender tetap dia memberikan barang bukti kepada Kristoforus Kalang  kemudian adanya peneriman lewat  Bank sejumlah uang  tunai.
Mengenai nama dan nomor rekening yang berbeda,  Kapolres mengatakan bahwa sedang Dalam proses penyelidikan. Berdasarkan  keterangan dari Kalang  bahwa pada awalnya dia menolak tetapi ketika di konfirmasi dengan Paulus Belang, Belang mengatakan bahwa nanti dia sendiri yang menghubungi Bank dan ternyata uang itu bisa di cair. “ Bank  juga  bisa terlibat .sehingga pihak kepolisian sedang menyelidiki kasus ini pertahap sehingga terarah.  Dalam kasus ini bisa terdapat 6 atau 7 orang tersangka lainnya “, jelas Johanes.
Kapolres juga mengatakan bahwa penyelidikan kalau dilakukan dengan serempak, maka hasilnya tidak maksimal,sehingga penyelidikan pertama, sampai pada PHO dan pengawas lapangan. Penyelidikan kedua di arakan kepada kepanitiaan dan PPK atau pengguna anggaran . Sedangkan baru 2 tersangka yang di amankan Polres lembata. Tetapi Kapolres yakin bahwa masih ada tersangka lainnya. Mengenai pemeriksaan PHO dan  pengaawas lapangan, beliau mengatakan setelah pemeriksaan panitia  pelelangan.  “ fisik proyek baru mencapai 25 persen  tetapi dananya  suda dikelolah seratus persen. Aneh memang “ jelas Johanes.
AKBP Marthen Johanes (foto:Super)