Halaman

Rabu, 03 Oktober 2012

OTONOMI DAERAH dalam PANDANGAN PUTRI KECILKU



Tahun 2010 yang lalu, ketika sedang menyaksikan parade pembangunan yang diarak dari ibu kota kecamatan Lebatukan ke Ibu Kota Kabupaten, saya dikejutkan dengan sebuah pertanyaan dari putri pertamaku yang saat itu baru berusia 8 tahun. Pertanyaan yang kemudian dilanjutkan dengan pernyataan spontan, yang hingga saat ini saya tak pernah lupa.
“Bapa e, itu karena kita otonomi ka?” tanya putriku sambil menunjuk ke arah kendaraan yang dihiasai berbagai macam hasil pembangunan selama lembata menjadi sebuah kabupaten definitif (kira-kira begitu, pesan  dari parade yang mau disampaikan saat itu). Dalam dialeg lewolebanya. Saya pun menjawab sekenanya saja, (karena waktu itu sayapun asyik menyaksikan parade) “ya” jawab saya.

Mendengar jawaban singkat saya itu, putri kecilku langsung membalasnya dengan sebuah pernyataan yang saya anggap sebagai sebuah bentuk protes. “eh, kita otonomi le, kenapa jalan-jalan pada rusak semua”. Hardiknya.

Jujur, saya kaget ketika mendengar pernyataan polos dari seorang anak kecil yang kala itu baru duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Setelah berpikir sejenak, sayapun mencoba menjawab perntanyaannya (tentunya, sambil berharap agar tidak ada lagi protes darinya) “karena uang kita tidak cukup tuk bangun jalan”. Jawab saya. Sekilas saya perhatikan, dahinya berkerut, mungkin sebagai tanda setuju, tapi bisa juga tidak suka dengan jawaban seperti itu. Tetapi, untuk saat itu, dan karena putriku tak lagi melanjut dengan pertanyaan lain, yah...saya anggap dia setuju.

Dua tahun sudah peristiwa diatas terjadi, sekarang putriku sudah menginjak usainya yang ke 10 tahun, rezim pun berubah, namun demikian pernyataan spontan dari putri kecilku ini saya anggap masih layak untuk dipertanyakan kembali, bukan kepada saya. Bukan juga sebagai anak dan ayah, tetapi pertanyaan ini sepantasnya dipertanyakan oleh kita sebagai rakyat Lembata, kepada pemimpin. Karena bagi saya, mereka (baca: pemimpin) lah yang paling bertanggungjawab untuk menjawab pertanyaan ini.

Saya yakin betul, kalau pernyataan putri kecil ku itupun menjadi pernyataan kita sebagai rakyat lembata.Kondisi jalan di Lembata ini, hampir tak ada satu ruas jalanpun yang bisa kita bilang baik, padahal sebagai rakyat kita juga tau, kalau tidak sedikit juga uang yang dihabiskan, atau bisa kita bilang dengan sengaja dihabiskan untuk banyak kepentingan yang memang sebenarnya juga tidak penting buat kita (baca: rakyat). Bangun depo mini yang hingga kini tak dimanfaatkan, bangun pabrik es yang juga sengaja ditelantarkan, bangun kantor bupati Lusikawak yang juga mungkin saja sengaja dibakar (kita bisa berasumsi begitu, karena sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai penyebab kebakaran), Jalan ke jakarta, studi banding yang tak jelas, dan masih banyak hal yang barangkali juga tak penting bagi kita.

Tak penting, karena kita memang sedang butuh jalan, bukan kita butuh studi banding, juga bukan butuh bangun kantor mewah ditengah kehidupan rakyat yang miskin, kita memang butuh BBM (Bahan Bakar Minyak) bukan Buang-Buang Materi karena AMPS yang ada sebenar mampu melayani kebutuhan minyak bagi kita, asal pemerintah mau mengusul pertambahan quota minyak bagi Lembata.

Kita kekurangan minyak, bukan karena kita tidak punya Depo Mini Pertamina, kita kekurangan minyak karena memang jumlah penduduk kita bertambah, seiring juga dengan bertambahnya kendaraan bermotor dan lain-lain, sementara jatah minyak kita tak pernah ditambah dari tahun ke tahun.

Andai barang-barang yang penting menurut elite dan menurut kita yang tak penting itu belum di bangun, dan uangnya dimanfaatkan untuk bangun jalan (karena uangnya tidak sedikit untuk bangun barang-barang itu), saya sangka keluhan tentang jalan yang rusak mungkin saja tak terlontar, mungkin juga kita tak berdosa karena memaki siapa saja yang berhubungan dengan jalan, dan sudah pasti saya tidak memberi jawaban kepada anak saya bahwa kita tidak punya cukup uang untuk bangun jalan, karena tak mungkin anak saya membuat pernyataan soal jalan rusak dimana-dimana.

Kini, di bulan ini, kita merayakan lagi HUT OTDA Lembata yang ke 13 tahun. Sebuah usia yang kalau diandaikan sebagai manusia, Lembata bukan lagi bayi, tetapi hampir masuk ke usia remaja, usia Tiga belas tahun, sebenarnya orang tua tak lagi terlalu pusing tuk menjaga kala kita di luar rumah, karena memang kita dianggap sudah mulai bisa menjaga diri dan bertanggungjawab terhadap diri kita. 13 tahun, dimana seorang anak sudah mulai menunjukan kemapuannya untuk mengerjakan sesuatu.

Namun kini, diusia yang hampir masuk ke akil balik, pernyataan dan pernyataan spontan seperti yang di lontarkan putri kecilku masih, dan selalu terdengar. Akh...apakah memang kita tak punya cukup uang tuk membangun jalan? Ataukah memang uang-uang yang di peroleh dari hasil kita membayar pajak itu, hanya diperuntukan bagi biaya bangun jalan ke jakarta orang-orang elit? Ataukah uang kita itu hanya diperuntukan buat beli mobil mewah berplat merah yang hanya ditumpangi pejabat dan keluarganya, yang suka melintas di tengah perkampungan yang dihuni oleh kita yang miskin ini?

Kini, kita hendak berpesta HUT, sebagai bukti kita mensyukuri perjalanan Otada. Saya sepakat jika HUT OTDA diperingati kerena dengan momentum ini, bisa kita jadikan sebagai momentum refleksi. Baik refleksi sebagi pemimpin, sebagai bawahan pun sebagai rakyat. Namun terkadang sayapun kurang suka dengan acara-acara ceremonial dengn tujuan merayakan HUT, yang terkesan mewah. bagi saya, yang terpenting adalah, upaya kita mencari makna tuk dapat dijadikan panduan bagi perjalanan kedepan. jadi tidak sekedar tuk menghabiskan dana hingga ratusan juta. Apalagi model peringatannya dengan cara menggelar pasar malam. yah, hingga saat ini, saya tak pernah mendapat makna posif dibalik pagelaran pasar malam, karena yang saya tahu adalah, menggelar pasar malam sama saja dengan mengajarkan masyarakat tuk berjudi dan berfoya-foya dengan uang yang baru saja mereka dapat yang mungkin dengan cara memulung, ngojek, atau berdagang sayur dan ikan keliling.

Boleh jadi kita diajarkan tuk tersenyum karena memenangkan taruhan-taruhan di diatas meja rolex, atau boleh jadi juga kita diajak tersenyum kerana mendapat kesempatan mengasah pedang peninggalan nenek moyang, pada batu asah yang bermerk jawa dan makasar, yang banyak dijajahkan di sekitaran area pasar malam?  yah...boleh jadi. Karena memang sekarang mereka sedang bermimpi dan berambisi mewujudkan mimpi indah mereka tuk membuat kita tersenyum. dan sekarang kita tersenyum.
kita tersenyum karena tak mampu menjawab pertanyaan dari seorang anak kecil sekalipun.....s e k i a n.

Oleh : Yogi Making,
Tulisan ini diangkat dari pengalaman pribadi, sekedar tuk refleksi bersama
Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan

AS Kucurkan Bantuan Pendidikan Rp803 Miliar untuk Indonesia



Program ini ditujukan ke lebih dari 300 ribu murid di 110 kota.
VIVAnews – Pemerintah AS, melalui badan bantuan USAID, meluncurkan program pendidikan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar di Indonesia. Bantuan ini akan disebar ke lebih dari 100 kabupaten atau kota di tanah air.

Menurut Kedutaan Besar AS di Jakarta, program pendidikan ini senilai US$83,7 juta (sekitar Rp803 miliar). Program bernama PRIORITAS ini ditargetkan memberi manfaat pendidikan bagi lebih dari 300 ribu murid.

“Kerjasama yang erat di bidang pendidikan merupakan hal yang mendasar dari Kemitraan Komprehensif, yang ditandatangani Presiden Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2010,” kata Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel, dalam pernyataan tertulis yang dikirim keVIVAnews hari ini.

Menurut dia, program pendidikan baru dari USAID ini akan memberi bantuan kepada sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah agar dapat meyediakan pendidikan dengan standar internasional kepada generasi muda Indonesia. "Kami berharap bahwa program ini akan membantu siswa di seluruh Indonesia mencapai potensi kemampuannya secara penuh dan mengarahkannya ke jalan menuju sukses,” lanjut Marciel.

Dalam program ini, USAID akan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas mengajar dan belajar di 1.400  sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah di 110 kabupaten/kota dengan fokus pada daerah berpenghasilan rendah.

Program PRIORITAS juga didesain untuk meningkatkan akses siswa terhadap pendidikan, meningkatkan kualitas dan relevansi program pendidikan guru, mempromosikan transparansi dan meningkatkan kualitas pengajaran membaca, matematika dan ilmu pengetahuan.

Program ini pun akan mendukung peningkatan pendidikan tinggi melalui kerja sama dengan sedikitnya 20 lembaga pelatihan guru untuk meningkatkan pelatihan dan kinerja guru. PRIORITAS akan berlangsung di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Papua, Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat.

Program itu diluncurkan bersama oleh Dubes Marciel, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat D. Indroyono Soesilo, Direktur Jenderal Pendidikan Agama di Kementerian Agama H. Nur Syam, dan Direktur Misi USAID, Andrew Sisson.
Sumber : Vivanews.com
Oleh : Renne R.A. Kawilarang

Konflik Tanah Adat di Adonara Berkepanjangan



ADONARA, FBC- Konflik antara warga Desa Lewonara dan Dea Lewobunga di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT belum menunjukkan tanda-tanda berhenti semenjak muncul Senin lalu. Belum ada keterangan pasti berapa korban, baik yang meninggal atau terluka.

Konflik terjadi menyusul adanya perselisisahan atas seluas lahan desa yang kini sudah berubah menjadi wilayah permukiman.Perubahan fungsi itu mulai berlangsung pada tahun 1998 lalu.

Siang ini, Rabu,3/10/2012, wartawan FBC yang bertugas meliput konflik tersebut menyaksi  sebuah rumah di salah satu desa sengaja dibakar  lawannya. Sikap para orang-orang yang tengah terlibat dalam konflik itu amat tak bersahabat kepada wartawan.  FBC yang berupaya memotret kejadian itu tidak  berhasil menyusul larangan dari salah seorang warga.

Demikian pula saat, FBC mendatangi para tetua desa untuk meminta penjelasan  tentang sebab musabab belum usainya pertikaian itu. Mereka menolak berbicara sama sekali.
Pasukan TNI Angkatan Darat dari Komando Distrik Militer  1624, Larantuka, telah berdatangan  untuk menghentikan konflik itu.Namun sampai Rabu petang belum berhasil. “Sebenarnya sudah ada kesepakatan adat untuk membatas perang suku itu, tapi ada pelanggaran,” ujar sumber dari kalangan petugas keamanan itu.

Dalam kesepakatan itu sesungguhnya ada aturan bahwa pertempuran akan berlangsung pukul 05.00-08.00 waktu setempat. Sedangkan pada sore hari pertempuran akan dilanjutkan kembali antara 16.00-18.00 waktu setempat. Namun pada kenyataannya, Selasa, 2/10/2012,  dini hari, warga dari Desa Lewonara menyerbu dan membakar rumah dan lumbung pangan milik warga Desa Lewobunga.(LUK)

Sumber : www.floresbangkit.com

Selasa, 02 Oktober 2012

Sekolah Akui, Buku Belum Masuk


Pengakuan Kadis PPO Kabupaten Lembata, Alex T. Making terkait tunggakan pekerjaan pengadaan buku yang bersumber dari DAK tahun 2011 sebagaimana yang disampaikan sebelumnya melalui FBC ternyata belum dapat diyakini kebenarannya. Penelurusan FBC pada dua sekolah dasar di dua kecamatan berbeda menemukan, masih banyak judul buku yang hingga saat belum diterima. Parahnya, pada Sekolah Dasar Inpres (SDI) Rumang kecamatan Buyasuri, hingga saat ini tak satupun buku yang datang.

Untuk di ketahui, dalam pemberitaan di media ini sebelumnya, kadis PPO Lembata Alex Making mengatakan, kalau tunggakan pekerjaan sebenarnya tidak sebesar yang disampaikan dalam data laporan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi NTT. Data sebenarnya menurut alex adalah, tunggakan pekerjaan hanya sebesar tiga ratus lima puluh juta, atau tersisa enam puluh lima judul buku, enam puluh lima judul buku dimaksud semata-mata buku pelajaran agama. 

“Sampai saat ini tidak ada satu judul bukupun yang masuk ke sekolah kami, padahal kami juga dapat proyek pengadaan buku dari dana DAK tahun 2011” kata seorang guru SDI rumang, sambil meminta namanya tidak dipublikasi karena masih berstatus tenaga kontrak K2, saat ditemui di salah satu rumah di bilangan wangatoa, kelurahan selandoro senin. 1/10/2012.

Kepada FBC guru salah satu mata pelajaran di SDI Rumang kecamatan Buyasuri ini mengaku, tidak hanya buku yang belum masuk, tetapi berapa jumlah judul buku dan besaran anggaran untuk proyek pengadaan buku bagi sekolahnya pun tidak diketahuinya. “pengelolaan dana DAK buku ini memang terkesan tertutup, hingga saat ini pun saya tidak tahu berapa besar anggaran untuk pengadaan buku, begitu juga dengan judul buku, jadi kalau mau tahu tentang itu, konfirmasi langsung saja ke kepala sekolah” tuturnya polos.

Berbeda dengan SDI Rumang, kepala Sekolah Dasar Katolik St. Theresia Lamahora, kelurahan Lewoleba Timur, Kecamatan Nubatukan Sr. Maria Stefani, Prr saat ditemui di ruang kerjanya Sabtu, 29/10/2012 pun mengakui, hingga saat ini di sekolahnya masih tertunggak empat puluh judul buku.

Empat puluh judul buku yang belum masuk itu terdiri dari buku-buku non agama, dengan judul buku yang beragam katanya “kalau untuk sekolah kami, buku agama semuanya sudah masuk, tetapi yang belum masuk adalah buku refrensi, buku pengayaan dan beberapa judul buku mata pelajaran” kata Suster Stefani sambil menyebut judul-judul buku yang belum didatangkan.

Lebih lanjut, Biarawati yang merangkap kepala kepala sekolah ini menuturkan, belum lama ini sekolahnya di kunjungi tim dari dinas PPO Lembata dan bebera orang dari Jogja yang mengaku sebagai tim verifikasi untuk memerikasa buku yang berasal dari DAK 2011, dan dalam kesempat itu, mereka menjanjikan untuk mengupayakan secepatnya untuk mendatangkan buku yang masih menjadi tunggakan.

Oleh karenanya, Suster Stefani, Prr, berharap agar janji yang sudah disampaikan kepada sekolah segera terpenuhi, jika pihak perusahaan pengadaan tidak mau kehilangan kepercayaan dari sekolah-sekolah penerima DAK. (Yogi Making)

Sumber : floresbangkit.com
Keterangan foto : Suster Stefani, Prr Kepala sekolah SDK St. Theresia Lamahora

Proyek DAK 2011, Pengadaan Buku Terindikasi Masalah


Pengadaan buku pengayaan dan refrensi serta panduan pendidikan untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) kabupaten Lembata tahun anggaran 2011 hingga hingga kini belum selesai.  Padahal jangka waktu pelaksanaan sebagaimana tertuang dalam kontrak kerja nomor : DPPO.01/DAK/MUTU/KONTRAK/XII/2011 untuk jenjang pendidikan pendidikan SD dan kontrak kerja nomor : DPPO.09/DAK/MUTU/KONTRAK/XII/2011 untuk jenjang pendidikan SMP adalah 28 hari terhitung dari tanggal 8 hingga 31 Desember 2011.

Tertundanya pekerjaan proyek ini menjadi temuan Badan Pemerikasa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) perwakilan provinsi NTT.  Tidak hanya itu, BPK pun menemukan adanya kekurangan pekerjaan senilai Rp. 926.945.000 untuk pengadaan buku pendidikan agama pada 85 SD dan buku non agama pada minimal tiga SD, serta RP. 14.773.726,70 untuk pengadaan buku pendidikan agama kristen bagi enam SMP dan buku non agama pada satu SMP.

Terkait data hasil temuan BPK RI perwakilan provinsi NTT itu, Kepala dinas PPO kabupaten Lembata Alex Making kepada FBC Sabtu, 29/9/2012 melalui telefon genggamnya membantah. Sebab menurutnya hal itu merupakan kesalahan data yang disampaikan dinas PPO kepada BPK saat tim auditor BPK melakukan pemeriksaan.

 “Itu kesalahan data yang diberikan oleh dinas PPO kepada BPK saat pemeriksaan, jadi tidak ada tunggakan sebesar 900-an juta itu.” Sebut Alex.

Kesalahan itu menurut alex, sepatutnya tidak dimuat dalam laporan hasil audit BPK, sebab menurutnya ketika dalam pemerikasaan dirinya telah menyampaikan klarifikasi langsung kepada tim auditor BPK. Namun anehnya, walupun telah di klarifikasi, BPK masih berasumsi sebagai temuan dan dimuat dalam laporan hasil audit BPK.

“Saya sudah klarifikasi ke BPK. Tetapi tetap mereka muat, saya tidak tau ada tendensi apa”. Kata Alex sambil menyebut nama-nama tim auditor yang melakukan pemeriksaan.

Menurut Alex data yang benar adalah, adanya tunggakan pekerjaan sebesar 350 juta rupiah, untuk pengadaan enam puluh lima judul buku agama, bagi jenjang pendidikan SD dan SMP.

Dan atas kekeliruan data itu, Kadis PPO mengaku telah mengirim surat permintaan maaf kepada BPK, atas kesalahan penyampaian data, yang dihantar langsung oleh kepala seksi sarana prasarana pendidikan dinas PPO Lembata Yulius Lamatapo, bersama dua orang anggota DPRD Lembata.  dengan demikian, ia berharap kesalahan yang disampaikan BPK dalam laporan hasil auditnya dapat diperbaiki kembali.

“Pa Yulius bersama DPRD baru kembali dari kupang untuk menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf kepada BPK” katanya.

Informasi lain yang sempat dihimpun FBC mengatakan, dana sebesar sembilan ratusan juta yang berasal dari tunggakan pekerjaan yang menjadi temuan BPK, diduga telah diselewengkan untuk dibagi-bagi kepada beberapa pejabat penting Lembata sebagai fee proyek.Terakait dengan itu , Alex tegas membantah dan mengatakan hal itu merupakan informasi yang menyesatkan, dan sama sekali tidak benar.   

“Saya ini yang tau, itu tidak benar. jangan karena orang-orang besar baku tembak diatas lalu kami yang kecil-kecil ini jadi korban. Itu sama sekali tidak ada. Tidak ada tunggakan pekerjaan sebesar yang disampaikan BPK dalam laporan hasil auditnya, tetapi yang sebenarnya adalah tunggakan itu sebesar tiga ratus lima puluh juta, untuk enam puluh lima judul buku agama. Semua data sudah kami serahkan ke BPK termasuk pernyataan dari penerbit dan perusahan pemenang, BPK  juga tidak menemukan penyelewengan dana koq” tegas Alex.

Setelah mendapat klarifikasi dari Kadis PPO Lembata, FBC kemudian menghubungi kepala seksi sarana prasarana pendidikan dinas PPO kabupaten Lembata Yulius Lamatapo, guna mengkofirmasi terkait pernyataan Alex Making tentang klarifikasi dan surat permohonan maaf.

Saat dihubungi per SMS, Sabtu 29/9/2012, Yulius membenarkan jika dirinya diutus bersama ketua dan sekretaris Panja DPRD kabupaten Lembata bertemu BPK perwakilan provinsi NTT di kupang guna menyampaikan klarifikasi dan surat permhonan maaf atas kesalahan penyampaian data.

Ia mengaku terkait klarifikasi yang disampaikan itu, BPK akan menggelar rapat dan kemudian hasilnya akan disampaikan kepada Bupati dan Ketua DPRD serta Instansi terkait, dalam hal ini dinas PPO kabupaten Lembata. 

“Jadi kami bersama dua anggota DPRD, Ketua dan sekretaris panja (Linus Beseng dan Anton Gelat-red) bertemu BPK di kupang, untuk menyampaikan klarifikasi dan surat permahonan maaf atas kekeliruan data awal ke BPK RI khususnya judul buku agama katolik. BPK akan segera menggelar rapat dan hasilnya akan disampaikan kemudian kepada Bupati, ketua DPRD dan dinas PPO kabupaten Lembata”. jelas yulius.  (Lukas Narek, Yogi Making)

sumber : www.floresbangkit.com
keterangan foto: Kadis PPO Lembata, Alex Making

Gubernur NTT Minta Warga Adonara Yang Terlibat Bentrok Tahan Diri



sergapntt.com, KUPANG – Gubernur NTT, Frans Lebu Raya meminta warga Desa Lewonara dan Lewobunga di Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur yang terlibat bentrok  karena masalah tanah ulayat pada Selasa (2/10/12) pagi untuk bisa menahan diri.

“Mari kita semua menahan diri. Kalau ada masalah, mari kita selesaikan lewat musyawarah. Telusuri sejarah dengan baik, agar kita bisa menemukan solusi yang terbaik,” pinta Lebu Raya saat ditemui sergapntt.com di ruang kerjanya, Selasa (2/10).

Kata Lebu Raya, dirinya sudah berkoordinasi dengan Bupati Flores Timur dan Kapolda NTT untuk mencegah tidak meluasnya bentrokan.“Rencananya saya sendiri akan turun ke lokasi. Tapi,,, ya,,, kita lihat perkembangan situasinya nanti. Informasi dari pak bupati bahwa dua korban yang sempat di rawat di Adonara sudah di rujuk ke rumah sakit di Larantuka (ibukota Kabupaten Flores Timur),” ujar Frans Lebu Raya.

Dalam bentrokan Selasa pagi sekitar pukul 06.00 Wita itu, dua korban dilaporkan mengalami luka serius akibat terkena panah. Selain itu, dua rumah dan lima lumbung pangan milik warga pun ikut terbakar.
by. her/jose

Hotmix Trans Lembata, Terindikasi Mark Up



Lembata NTT, KPK
Pembangunan jalan Trans Lembata sepanjang ± 2 Km yang menelan dana 8,7 Miliar, pada tahun anggaran 2011 terindikasi praktek mark Up. Hal ini dikemukakan ketua Komisi III DPRD Lembata, Simon Lake Odel, SPd di gedung DPRD Lembata ketika ditemui KPK pekan lalu. 
Menurut Odel, pembangunan jalan Hotmix Trans Lembata, sangat tidak berkualitas karena menurutnya, penutup trotoar hanya asal dikerjakan dan ketebalan aspalnya tidak memenuhi syarat sehingga berpengaruh terhadap permukaan badan jalan yang tidak rata. Dengan kondisi yang demikian, Odel menyatakan bahwa ada indikasi mark up dibalik proyek ini.

“Memang panjang jalan sudah sesuai namun, kalau kualitasnya seperti ini maka pekerjaan ini akan meninggalkan persoalan baru, karena saya yakin jalan ini tidak akan bertahan sampai 10 tahun”. Odel juga mempertanyakan model pengawasan dari pihak eksekutif sebab jalan ini tepat berada di depan kantor Bupati Lembata. “Jika yang ada dihadapan kita saja tiak diawasi dengan baik apalagi proyek-proyek lain yang berada di desa-desa. para kontaktor tentu akan lebih asal-asalan lagi mengerjakan  berbagai proyek karena lemahnya control dan pengawasan pemerintah”. 

Sementara itu, aktivis muda Lembata, Elias Keluli Making, kepada KPK mengungkapkan, Kualitas pembangunan jalan Hotmix Trans Lembata sangat rendah dan tidak menguntungkan masyarakat. Kondisi trotoar yang tidak tuntas dikerjakan, pori-pori aspal yang tidak ditutup dengan baik serta ketebalannya yang tidak memenuhi syarat, berpotensi akan gampang retak dan berlubang.
Menurut Elias, dengan kualitas seperti ini tentunya ke depan, ada biaya-biaya yang akan digunakan untuk perbaikan yang sebetulnya biaya-biaya tersebut dapat dialihkan untuk kepentingan pembangunan jalan di tempat lain atau untuk kepentingan pembangunan sector yang lain. Elias mempertanyakan pengawasan dari DPRD dan Eksekutif yang membiarkan kontraktor pelaksana bekerja dengan kualitas yang asal-asalan. 

Bahkan menurutnya, untuk proyek-proyek yang menyedot cukup besar anggaran, harusnya dilakukan Verifikasi yang ketat sehingga bagi kontraktor yang sekalipun sudah memiliki alat atau memenuhi ketentuan Perpres, harus pula dibarengi dengan pengalaman kerja. Ia menilai kontraktor yang mengerjakan proyek ini terkesan dipaksakan oleh pelaksana anggaran dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lembata. “Kalau sudah tau kontraktornya belum punya pengalaman, kenapa harus dipaksakan, ada apa ini?, tanya Elias.       

Selanjutnya Elias juga mempertanyakan biaya ganti rugi yang dijanjikan kepada masyarakat sebab, informasi yang Ia peroleh, tanah masyarakat yang diambil untuk kepentingan pembangunan jalan Hotmix Trans Lembata akan dikenai biaya ganti rugi. 

Namun Ia mengungkapkan, informasi yang Ia peroleh dari beberapa masyarakat, sampai hari ini belum ada biaya ganti Rugi. Terhadap proyek ini, Elias meminta DPRD untuk meminta BPK segera melakukan audit terhadap penggunaan anggaran dan audit fisik pembangunan jalan Hotmix Trans Lembata.
Di lain sisi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Paskalis Tapobali diruang kerjanya membantah adanya praktek Mark Up pada proyek ini. Menurutnya, Harga Produk Satuan (HPS) sesuai dengan Perpres. harga Pasar, On Side, Batu Pasir dan retribusi misalnya, sesuai dengan perencanaan. Sementara untuk material non lokal entah itu dari Surabaya atau Makassar, menggunakan harga jual lokal. 

Sedangkan terkait dengan kualitas, Tapobali mengatakan, mungkin ada benarnya jika dari sisi kualitas masih rendah. Ini diakibatkan karena kontraktor pelaksana masih baru dalam kaitan dengan spesifikasi pekerjaan. “Kontraktornya masih baru, operatornya juga baru sehingga belum memiliki pengalaman dalam pekerjaan ini”. 

Lanjut Tapobali, terkait dengan kualitas pekerjaan ini, pihak pelaksana anggaran dalam hal ini Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) sudah melakukan penelitian di beberapa titik. Bahkan ada yang sudah dibongkar dan ketebalan aspal sudah dilapisi kembali. Dengan demikian proyek tersebut telah diajukan PHO. Sementara terkait dengan volume pekerjaan (Panjang, Lebar jalan), Tapobali mengungkapkan,  semuanya sudah masuk sesuai dengan perencanaan termasuk spesifikasinya.

Proyek pembangunan Jalan Trans Lembata yang menelan biaya yang cukup tinggi ini dikerjakan oleh oleh PT. Citra Mandiri Kontruksi. Direktur PT Citra Mandiri Konstruksi, Ben Lelaona ketika dikonfirmasi mengatakan, tidak ada mark up dibalik proyek ini. Semuanya sesuai dengan HPS sehingga tidak benar kalau ada yang mengatakan ada mark up. Semenatara terkait dengan volume pekerjaan, Ben menjelaskan, semua item pekerjaan sesuai dengan document kontak dan sudah diselesaikan. Sedangkan terhadap penutup trotoar jalan juga volemenya sampai disitu sehingga tidak ada lanjutan pekerjaan lagi. Ben juga menepis rumor bahwa ada jatah yang diberikan kepada pihak-pihak tertentu dalam pengerjaan proyek ini.

Suber :  koranpenelusurankasus.com
Penulis : Broin Tolok
Keterangan Foto : Jln. Trans Lembata yang terindikasi Mark UP
Foto  by: Broin Tolok, KPK

Senin, 01 Oktober 2012

Duh,,, Warga Adonara Saling Serang, Dua Luka, Tujuh Rumah Di Bakar


sergapntt.com, ADONARA – Warga dua desa di Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur  terlibat saling serang. Bentrokan yang disulut masalah tanah itu terjadi pada Selasa (2/10/12) pagi, sekitar pukul 06.00 Wita. Akibatnya, dua korban luka-luka dan tujuh rumah terbakar.

“Ada dua warga yang terluka,” kata Kapolres Flores Timur, AKBP. Wahyu yang dihubungi pertelepon Selasa, 2 Oktober 2012.

Menurut Wahyu, bentrokan antar warga Desa Lewonara dan Lewobunga itu terkait masalah tanah ulayat di batas wilayah dua desa.

Sehari sebelumnya atau pada Senin (1/10/12), kedua kelompok ini terlihat berjaga-jaga di wilayah perbatasan masing-masing.

Sejauh ini belum ada reaksi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Flores Timur maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT untuk meredam konflik agar tidak meluas.

Dua korban dalam bentrokan akibat terkena panah itu kini sedang menjalani perawatan di Puskesmas Waiwerang, Ibu Kota Kecamatan Adonara.

Polisi baru berhasil memukul mundur dua kelompok warga yang bertikai itu sekitar pukul 08.00 Wita. Namun, situasi di lokasi masih memanas. Hingga kini aparat kepolisian masih berjaga-jaga untuk mengantisipasi bentrokan susulan. “Anggota kami masih berjaga di lokasi bentrokan,” ujar Mahyu.

Sumber : sergapntt.com
by. jose
Keterangan gambar : Perang panah, ilustrasi admin

Gaji Bupati Cuma Rp 6,1 Juta tapi Jadi Rebutan



PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Gaji Bupati Probolinggo, Jawa Timur, Hasan Aminuddin tahun 2012 hanya Rp 6,1 juta per bulan. Gaji Wakil Bupati Salim Qurays, hanya Rp 5,3 juta.

Walaupun begitu, posisi tersebut diincar dan diperebutkan oleh tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati, yang akan bertarung pada Pilkada 8 November nanti. Ketiga pasangan calon itu adalah istri Bupati Probolinggo Tantri Hasan Aminuddin-Timbul Prihanjoko, Wakil Bupati Salim Qurays-Agus Setiyawan, dan mantan Sekda Kusnadi-Wahid Nurrahman.

Data yang dihimpun menyebutkan, gaji bupati sebesar Rp 6.746.363. setelah dipotong pajak, nilainya menjadi Rp 6.170.600. Gaji wakil bupati Rp 5.774.242, setelah dipotong pajak gaji bersihnya menjadi Rp 5.322.800. Gaji bupati terdiri atas gaji pokok Rp 2.100.000, tunjangan istri Rp 210.000, tunjangan dua anak Rp 84.000, tunjangan jabatan Rp 3.780.000, tunjangan beras Rp 236.000, tunjangan PPh Rp 336.363. Totalnya senilai Rp 6.746.363. Setelah dipotong potongan pihak ketiga dan PPh sebesar Rp 575.763, gaji bersihnya hanya Rp 6.170.600.

Adapun gaji wakil bupati terdiri atas gaji pokok Rp 1.800.000, tunjangan istri Rp 180.000, tunjangan dua anak Rp 72.000, tunjangan jabatan Rp 3.240.000, tunjangan beras Rp 236.000, dan tunjangan PPh Rp 246.242. Maka gaji kotornya Rp 5.774.242. setelah dipotong potongan pihak ketiga dan PPh sebesar Rp 451.442, gaji wakil bupati Rp 5.322.800.

Setahun, gaji bersih bupati Rp 74.047.200, dan wakil bupati Rp 63.873.600.  Menurut Kepala Dinas Pengelola Keuangan Daerah Tanto Walono, Senin (1/10/2012), gaji mereka diberikan tiap bulan tanggal 1, sama seperti PNS. Gaji mereka tergantung dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tahun depan, gaji mereka bisa saja naik, meski mungkin hanya satu juta. Maka, siapapun bupati dan wakil bupati yang terpilih nanti, akan menerima gaji sekitar itu. 
Sumber : Kompas.com
Penulis : Kontributor Probolinggo, Ahmad Faisol | Selasa, 2 Oktober 2012 |
Editor : Glori K. Wadrianto

Jadi Gubernur Sumsel, Susno Siap Tidak Digaji




TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji mengaku siap maju ke ajang pemilihan gubernur Sumatera Selatan. Bahkan apabila ia terpilih, Susno siap untuk tidak digaji.
Ia juga berjanji akan melepaskan semua kepentingan pribadi di perusahaan batubara keluarganya.
"Jadi aku betul-betul ingin mengabdi. Enggak perlu aku digaji. Tapi, persoalannya, ada enggak yang mengangkat kita, mana mungkin. Zamannya sudah lain," ujarnya saat ditemui Tribunnews.com, Senin(1/10/2012).

Susno mengatakan, bahwa dirinya tidak begitu saja maju dalam Pilgub. Ia menegaskan, tidak akan mau mengeluarkan uang satu rupiah pun dana menuju Sumsel 1 itu.
"Jadi untuk apa mencalonkan, aku tak mau kalah, aka mengeluarkan duit, sudah habis, malu pula. Aku tak mau keluar duit, aku tak mau malu," kata Susno.

"Kalau soal duit keluar, aku mau berapapun, tapi bukan untuk Pilkada. Kecuali untuk CSR. Tapi, kalau harus membayar untuk mengabdi, itu pasti tujuannya nanti cari duit, enggak baik. Mungkin dia tidak cari tapi jabatan. Kalau jabatan sudah pernah, malah jabatan dengan kekuasaan bisa menangkap. Jabatan itu pada hakikatnya pintu neraka bila menyalahgunakannya. Tapi kalau kita tidak salahgunakan itu bisa jadi pintu pahala. Tapi mungkin 99 persen jabatan itu pintu neraka yang pahala cuma 1 persen, yang banyak paha dan neraka," tambah Susno.

Lebih jauh Susno juga menyinggung, Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama menjadi contoh bahwa calon yang memihak rakyat akan dipilih.

"Siapa yang memihak rakyat, siapa yang mau pembaruan, dia jadi," kata mantan Kapolda Jawa Barat itu.
Susno menegaskan, bahwa prinsip hidupnya adalah memberantas KKN. Dan prinsip itu ia akan realisasikan bila menjadi gubernur Sumsel. Karena itu, ia meminta masyarakat Sumsel tidak mencalonkannya bila tidak siap dirinya melakukan "bersih-bersih" di Sumsel.

"Jadi, jangan mencalonkan aku. Itu saja. Nanti menyesal. Nanti enggak ada lagi KKN. Enggak bisa lagi menitip anak, menitip keponakan. Aku dari bintang satu, dua, tiga, ada tidak keponakanku jadi Sersan? Apalagi Akabri? Enggak ada. Kalau memang kamu pintar, kamu masuk. Kalau memang bodoh, yah tidak bisa. Masuk Akabri tidak bayar," cerita Susno.

"Anak adikku menangis-nangis, bilang tolong itu yang backing Kolonel saja bisa masuk, ku bilang, minta saja kepada Kolonel itu. Ini bukan Kolonel, ini bintang tiga. Kalau memang benci begitu, bencilah aku, daripada besok negara rusak waktu dia jadi jenderal tapu tukang peras. Itu saja pendirian aku," ujar Susno.
Ia memastikan jajaran Pemprov Sumsel akan gerah bila dirinya melancarkan aksi bersih-bersih KKN ini.
"Kalau ini disampaikan ke aparat Pemda, pasti tidak akan memilih aku. Siapa yang akan memilih. Berantas KKN, di mana akan diberantas, yang di semuanya. Aku sudah tahu tempatnya," ungkapnya.

Kalau ada partai politik yang mengusung Anda? "Tadi syaratnya, mau tidak "bersih-bersih". Bila perlu, bila yang mengajukan aku itu korupsi akan aku tindak. Misal dia bilang aku ini tim suksesnya, aku jawab kau tim suksenya tapi sekarang kau ku tindak," tandasnya.

Menurut Susno, prinsip berantas KKN pun ia lakukan saat menduduki jabatan strategis di kepolisian, seperti saat menjadi Kabareskrim dengan membongkar sejumlah kaus korupsi yang sebelumnya tertutup rapih, yakni mafia pajak dan mafia hukum.

"Untuk punya duit itu tak perlu korupsi. Aku jadi Kapolda tak korupsi. Mobil yang dibilang dari korupsi, Timur itu tahu dari mana aku dapat duit. Otak ini dipakai, aku ini dagang, swasta, tapi enggak ada usaha ku yang berhubungan dengan polisi. Aku belikan untuk kapal terbang polisi yah tidak. Bukan aku mau dibilang teerlalu ekstrem perusahaan aku bersih, yah tidak. Preman-preman di jalan masih nginjak juga. Dibilang ini punya Pak Susno, saya bilang kalau di jalan harus bayar, yah bayar. ikuti," bebernya.

Sumber: tribunnews.com
Oleh Abdul Qodir | TRIBUNnews.com

Ilmuwan Korea Ungkap Rahasia Panjang Umur Pria: Dikebiri



VIVAnews -- Ini bukan kisah film drama Korea: selama pemerintahan Dinasti Chosun, yang memerintah antara tahun 1392-1910, bocah lelaki yang hidup dalam kemiskinan sering memilih hal yang ekstrem, dikebiri demi mimpi hidup nyaman di balik dinding istana. Menjadi kasim.

Sebagian besar kasim yang digambarkan dalam sejarah berusia tua. Rata-rata bisa hidup mencapai usia 70 tahun. Bahkan yang mengejutkan, tiga dari 81 kasim diketahui mencapai usia lebih dari 100 tahun. Prestasi panjang umur yang langka bahkan di era modern saat ini.

Sementara para pria dari tiga keluarga bangsawan ternama hanya bisa mencapai usia 51 hingga 56 tahun. Para raja yang dikelilingi selir dan anggota laki-laki dari keluarga kerajaan memiliki waktu kehidupan terpendek, biasanya hidup sampai usia pertengahan empat puluhan.

Fakta inilah yang mendorong para ilmuwan Korea meneliti data sejarah untuk mencari tahu rahasia panjang umur para kasim, sekaligus membuktikan
hormon seks laki-laki bertanggung jawab untuk memperpendek masa hidup pria.

Para ilmuwan meneliti Yangse Gaebo, dokumen berisi silsilah para kasim sejak Dinasti Koryo berakhir.

"Penemuan tersebut menambah petunjuk penting untuk memahami mengapa ada perbedaan usia harapan hidup perempuan dan laki-laki," kata Kyung-Jin Min dari  Inha University.

Para ilmuwan awalnya sudah mengetahui bahwa pengebirian pada mamalia meningkatkan masa hidup mereka, tapi tak mampu menghubungkannya pada manusia. "Hingga penelitian ini membuktikan bahwa hormon pria yang menyebabkan kematian lebih awal."

Bocah lelaki yang kehilangan organ reproduksinya secara tak sengaja, seperti akibat digigit anjing, atau dikebiri secara sengaja untuk bisa masuk ke lingkungan istana.

Para kasim dibolehkan menikah dan punya keluarga dengan cara mengadopsi anak laki-laki yang dikebiri atau anak perempuan normal. Namun, kala itu, mereka menyimpan rapat-rapat catatan silsilah sebagai bukti bahwa mereka dari kelas bangsawan.

Dengan meneliti catatan tersebut, Min dan koleganya, Cheol-Koo Lee, dari Korea University menemukan, kasim hidup lebih lama 14 hingga 19 tahun daripada pria normal.

Tim peneliti, yang temuannya dipublikasikan dalam jurnal Current Biology, mengatakan temuan mereka mungkin menawarkan beberapa petunjuk untuk cara untuk meningkatkan harapan hidup manusia.  (Arirang News, Daily Mail | umi)

sumber :Vivanews

Minggu, 30 September 2012

Sonny Keraf: Ekowisata Bisa Jadi Andalan Flores


LABUAN BAJO, KOMPAS.com- Sesungguhnya Flores -termasuk Kabupaten Lembata dan Kabupaten Alor- dapat dibangun lebih maju lagi dengan mengandalkan pertanian, perikanan, dan pariwisata. Namun, proses produksinya harus didukung teknologi tepat guna.

Bahkan, secara khusus ekowisata dapat menjadi andalan sebagai lokomotif pengembangan ekonomi kawasan itu. Pendukung utamanya adalah menempatkan pertanian dan perikanan dalam kemasan ekonomi kreatif berbasis masyarakat.

Demikian pandangan Alexander Sonny Keraf, mantan Menteri Lingkungan Hidup (1999-2001), yang kini dosen Pascasarjana Imu Lingkunga Universitas Indonesia, dalam seminar bertema Ecoflores untuk Masa Depan Berkelanjutan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (27/9/2012).

Seminar itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan Ecoflores Conference sejak Rabu kemarin. Pemakalah lainnya adalah Meribeth (antropolog), Supriatna (peneliti UI), dan Bandur (peneliti pendidikan).
Menurut Sonny Keraf, jika ekowisata diandalkan menjadi penggerak utama ekonomi kawasan tersebut, maka pilihan itu sekaligus menuntut kesiapan masyarakatnya. Mereka harus terlibat secara aktif menyediakan berbagai jasa ekowisata.Di antaranya restoran, akomodasi, transportasi, diving dan semcamnya seperti sovenir, pemandu wisata dan lainnya.

Untuk itu semua, lanjut Sonny Keraf, dibutuhkan kemauan politik serta dukungan serius dan konsisten dari Pemda di kawasan itu. Dukungan yang sangat diharapkan adalah menyediakan infrastruktur dan sarana-prasarana wisata serta promosi yang memadai sebagai pendodorong utama pengembangan ekowisata.
"Saya sangat yakin, Flores bisa maju hanya dengan ekowisata, dan karena itu tambang tidak perlu atau nanti saja," katanya.
Sumber : Kompas.com
Penulis : Frans Sarong | Kamis, 27 September 2012 |
Editor : Marcus Suprihadi

Terhimpit Ekonomi, Warga Kembali ke Timor Leste


ATAMBUA, KOMPAS.com - Karena kondisi ekonomi yang kian hari semakin memburuk, sebanyak 6 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 18 orang warga eks Timor Timur yang sejak tahun 1999 telah menetap di Naibonat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dan memilih menjadi warga negara Indonesia, terpaksa harus pulang kembali ke kampung halamannya di Desa Caicua, Kecamatan Vermasse, Distrik Baucau, Timor Leste, Sabtu (29/9/2012) kemarin.

Hal tersebut dikatakan oleh wakil koordinator Circle of Imagine Society (CIS) Timor, wilayah Atambua. Deonato Moreira, Minggu (30/9/2012). Menurut Moreira, selain faktor ekonomi, alasan warga eks Timtim kembali ke Timor Leste yakni budaya ingin dekat dengan keluarga di tanah kelahirannya dan mereka ingin menghabisi masa tuanya bagi yang sudah berusia lanjut.

"Pada tanggal 29 September 2012 kemarin, teman-teman dari Timor Leste yang tergabung dalam Grupu Fila Hikas Knua yang menjemput mereka di perbatasan Motaain dan membawa mereka sampai ke rumah mereka masing-masing," kata Moreiro.

Proses pemulangan tersebut kata Moreiro adalah hasil kerjasama CIS, Forum Peduli Perempuan Anak (FPPA) Belu, Komado Distrik Militer (Kodim) Belu, serta Pemerintah Daerah Kabupaten Belu. Proses tersebut memakan waktu antara tiga sampai lima bulan karena hal tersebut adalah repatriasi mandiri yang butuh kelengkapan administrasi dan verifikasi data.

"Prosesnya mereka yang masukan data bagi KK yang ingin pulang, lalu kita tindaklanjuti dengan wawancara tentang alasan kepulangan, kemudian kita klarifikasi data, selanjutnya pengurusan surat dari Desa atau Kelurahan dengan mengetahui Camat dan kepengurusan surat di Dinas Kependudukan serta surat serah terima oleh Kodim Belu," jelas Moreiro.

Lanjut Moreiro, kerjasama untuk memulangkan warga eks Timtim sejauh ini khusus untuk CIS sudah dilakukan sebanyak empat kali, sedangkan FPPA di Atambua hampir setiap bulannya ada satu atau dua KK yang dipulangkan.
Sumber : Kompas.com
Penulis : Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere 
Editor : Tri Wahono
Keterangan Foto : KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA, Ribuan warga eks pengungsi Timtim berkumpul di Kota Belu, NTT, beberapa waktu lalu.