Halaman

Jumat, 25 Januari 2013

PNS Malas Akan di Beri Sanksi Tegas


LEWOLEBA,LEWOLEMBATA-Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Lembata, diharapkan mampu memegang teguh janji-janji PNS,  untuk meningkatkan kemampuan kinerja pemerintahan, penyelenggaraan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Disipilin selalu berjalan beriringan dengan harapan akan pelayanan publik yang baik dari aparat pemerintahan.

Pernyataan ini disampaikan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur, dalam arahannya di hadapan ratusan PNS,  saat menjadi inspektur upacara dalam Apel Kesadaran, yang di gelar di alun-alun Kantor Bupati Lembata, Kamis 17/1/2013.   

Pernyataan Bupati Lembata ini, Sebagaimana di kutip dari siaran pers Pemerintah Kabupaten Lembata melalui bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Sekretariat Daerah Kabupaten Lembata, yang di terima  pada Jumad, 18/1/2013.

Dalam Apel Kesadaran itu Bupati Yentji mengatakan, dengan menerapkan disiplin yang tinggi, memacu PNS untuk mengotimalkan kemampuan pribadi secara maksimal, sehingga apa yang dilakukan berkaitan dengan tugas dan fungsi sebagai abdi negara dan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik. Bupati berharap para kuli negara ini, dapat menanamkan rasa mencintai dan rasa memiliki Lembata dalam diri masing-masing.

“Tumbuhkan rasa kecintaan dan rasa memiliki terhadap Lewotana (Kampung halaman-red) Lembata, dalam diri masing-masing. Ceritakanlah tentang diri sendiri, tentang apa yang sudah di lakukan sejak dilantik menjadi PNS di kabupaten ini. Saat ini, kita baru mampu bercerita tentang orang lain, dan kita belum mampu bercerita tentang diri sendiri” kata Bupati Yentji.  

Menurut Bupati yang biasa di sapa Yen Sunur ini, untuk meningkatkan disiplin PNS, maka perlu ada perubahan pola pikir dan menerapkan budaya kerja yang baru. Dia mengatakan, pola kerja lama adalah pola kerja yang tidak mengingkan akan sebuah perubahan.

Cara kerja seperti, bekerja berdasarkan kebiasaan, sikap individualistik, pelit menularkan ilmu kepada staf atau sesama teman, suka menunda pekerjaan, tidak kompetitif, tidak ada kesadaran untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, adalah pola pikir dan pola kerja lama yang sudah harus di reformasi.

Dalam kesempatan itu, Bupati yang di kenal sering melakukan perjalanan keluar daerah ini, mengingatkan PNS agar tidak berkeluyuran di jam kerja. Dia menegaskan, apabila ada PNS yang meninggalkan kantor pada jam dinas dan berkeluyuran , akan di tindak tegas sesuai peraturan perundang-undangan.

“Kalau nanti ada PNS yang berkeluyuran di luar jam dinas, saya minta pihak berwenang untuk menangkap dan menyerahkan kembali kepada pemerintah dan ditindak tegas sesuai aturan perundangan” tegas Bupati.
Tidak hanya itu, Bupati bahkan mengancam akan memberi hukuman bagi yang tidak hadir dalam apel kesadaran saat itu. hukuman yang dimaksud Bupati berupa, lari kurang lebih enam kilometer pergi-pulang, dari Kantor Bupati yang baru di tempati ke kantor bupati yang lama, kecuali yang sakit.

“Bagi yang tidak hadir ini kecuali yang sakit, akan di beri sanksi lari dari kantor sekarang ke kantor bupati yang lama,pergi-pulang” tegasnya.
Bupati Lembata, Eliaser  Yentji Sunur

Untuk di ketahui, Apel kesadaran ini dijadikan sebagai momen serah terima Surat Keputusan (SK) 100%  bagi 229 orang Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD), dari  233 CPNSD lingkup Pemda Lembata. Menurut Bupati, empat orang CPNSD belum dapat menerima SK 100% karena tersangkut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS, dan PP. Nomor 45 Tahun 1990 tentang ijin perkawinan dan ijin perceraian. (Yogi Making)

Kamis, 24 Januari 2013

Benda Pusaka Di Kampung Adat Lewohala Rawan Pencurian



LEWOLEBA, LEWOLEMBATA-Situs kampung adat lewohala yang terletak di kaki Gunung Ile Lewotolok, menyimpan sejumlah benda pusaka sebagai saksi sejarah peradaban budaya orang Lewohala. Dari penuturan masyarakat adat lewohala, benda pusaka yang tersimpan di rumah adat mereka adalah yang di bawa oleh nenek moyang orang lewohala saat eksodus keluar dari pulau seram.

Kampung adat Lewohala, terdapat 70 rumah adat, hampir di setiap rumah adat tersimpan benda pusaka. Sebagaiman,  saat meliput kegiatan Team Tour Operator Senin 21/1/2013, benda pusaka berupa guci bermotif naga, gading dengan panjang kurang lebih 3 meter, berbagai model piring yang terbuat dari bahan porselin, berbagai jenis senjata, juga moko. Barang-barang bernilai sejarah tinggi ini, dapat disaksikan oleh siapa saja yang berkunjung kesana.
Salah satu benda pusaka, yang tersimpan di salah satu rumah
adat di Kampung Adat Lewo
“Ini barang-barang yang di bawah oleh nenek moyang kami, saat keluar dari pulau seram, Ambon.  semua barang adat disini walau tampak seperti  tidak diurus, tetapi kami percaya ada penjaganya. Karena ini rumah adat kami, dan kami tau semua leluhur kami tinggal di sini, mereka yang jaga semua ini” ungkap Rafel Lango seorang tokoh adat Lewohala yang tinggal di desa Jontona, Ile Ape Timur.
Menurutnya, setiap benda pusaka yang tersimpan di rumah adat memiliki cerita dan makna tersendiri, dia mencontohkan, pada rumah adat Laba Making, atau rumah adat lusi kawa, terdapat sebuah guci keramik bergambar ular 
naga. Pada guci ini tersimpan air berkat yang tidak boleh habis. Air ini akan di manfaatkan untuk prosesi pemberkatan adat bagi anak-anak suku, dan saat ritual pesta kacang tiba.

Rafel yang di temui di Kampung Adat Lewohala, Senin 21/1/2013, saat ikut menghantar team Tor Operator itu menuturkan, Rumah adat Lewohala adalah milik orang Lewohala yang tersebar pada tujuh kampung di Ile Ape, terhitung dari Desa Kolontobo Kecamatan Ile Ape, hingga Desa Jontona Kecamatan Ile Ape Timur. Semua orang anak lewohala akan berkumpul di kampung adat saat ritual pesta kacang, yang di laksanakan setiap tahun di bulan oktober.

“Nanti pesta kacang bulang oktober itu, orang lewohala di tujuh kampung berkumpul disini, saat itu baru semua benda pusaka ini di bersihkan dan di berika makan dengan darah ayam. Pesta kacang ini bertujuan untuk mensyukuri hasil panen dalam setahun, dan memohon bantuan leluhur untuk masa panen berikutnya” kata Rafel.

Benda Pusaka Pernah di Curi
Tim tour operator, berpose dengan masyrakat adat, dan jurnalis
di Naman Lewohala
Sementara itu, Tokoh adat lainya Yakobus Asan Balawanga saat di konfirmasi di salah satu rumah adat menuturkan, di sekitar tahun 1990-an pernah terjadi kasus pencurian benda pusaka di rumah adat Lewohala, yang hingga sekarang tidak di ketahui pelakunya. Menurutnya, orang jahil tersebut adalah orang-orang yang sudah mengenal secara baik kampung adat lewohala. Dia percaya, orang nakal terebut telah menemui ajalanya.   

“Dulu tahun sembilan puluhan pernah ada orang curi gading dan barang emas di sini (kampung adat Lewohala), sampe sekarang kami belum tahu pelakunya. Tetapi saya percaya orangnya pasti sudah mati, karena barang yang di ambil itu adalah barang-barang  keramat, dan kampung ini di huni oleh leluhur”

Masih terkait pencurian, Yakobus mengatakan, pernah juga terjadi pencurian gading. Tapi anehnya gading yang tersimpang di rumah adat Gesi Making itu di potong empat bagian dan diambil separuhnya. Dia mengakui kalau kampung adat Lewohala rawan terhadap pencurian sebab tak  ada penjagaan.
Menurutnya, kesulitan masyarakat adat Lewohala untuk bisa menetap dan menjaga kampung adat merekan adalah, ketiadaan air serta letaknya yang jauh dari kampung. Untuk mencapai Lewohala, orang harus berjalan kaki kurang lebih dua jam, dengan kondisi jalan menanjak, dan berbatu. Jika menggunakan kendaraan, memakan waktu paling sedikit satu jam.

“Orang mau tinggal disini kalau ada air, dan kalau jalan kesini di perbaiki sehingga transportasi bisa lancar masuk dan keluar dari sini.  tapi mudah-mudahan pemerintah bisa perhatikan Lewohala, dengan bagun jalan dan pengadaan air. Sehingga tidak hanya pancing kita datang tinggal disini, tetapi arus pariwisata juga bisa lebih ramai, kalau macam sekarang ini, hanya saat-saat tertentu saja baru ada orang datang” ujarnya. (Yogi Making)