Halaman

Kamis, 07 Oktober 2010

Elias Making: DI DUGA ADA TENAGA KONTRAK SILUMAN DI KESBANGPOL

Elias Making: DI DUGA ADA TENAGA KONTRAK SILUMAN DI KESBANGPOL

DI DUGA ADA TENAGA KONTRAK SILUMAN DI KESBANGPOL


SUPER,(6/1)
Lagi-lagi, Kesbangpol Kabupaten Lembata diterpa badai persoalan yang sangat dasyat, sebut saja persoalan dugaan Korupsi yang menyeret mantan Kepala Kesbanpol Medah Moses yang sekarang menjabat Sekda Ngada dan Bendahara. Kini muncul lagi masalah Tenaga Kontrak Tahun Anggaran 2010, yang termuat dalam DPA KesbangPol dan Linmas Kabupaten Lembata yang mengakomodir tiga (3 orang) tenaga kontrak dengan pola KSO, atas nama Yakob Lepang  Bulan, ST sebagai Operator Komputer, Antonius Langoday sebagai sopir dan G.Labi Nilan sebagai penjaga malam.
Menurut sumber yang terpercaya dan meminta untuk tidak disebutkan identitasnya mengatakan,awal perjalanan semuanya lancar dan tidak ada masalah, namun sebulan kemudian tercium bau aroma yang tidak sedap karena ada kolusi, dimana Kepala Badan Kesbang Pol dinilai tidak jujur baik kepada dirinya maupun kepada publik,karena dari ke tiga tenaga kontrak tersebut, salah satunya yang bernama G. Labi Nilan tidak melaksanakan tugas sesuai KSO karena yang bersangkutan sedang mengikuti kuliah pada salah satu Universitas di Kupang. Lantas???
Untuk melakoni posisi adiknya muncullah tenaga kontrak “Siluman”sebagai penjaga malam yang rajin datang pada jam 04.30 Wita dini hari dan kembali pada jam 05.00 pagi. Honor dan absen di tanda tangani oleh G.Labi Nilan “Siluman”dan kondisi ini hanya di ketahui oleh bendahara pengeluaran dan Pengguna Anggaran.Yang namanya busuk pasti tercium,tenaga siluman tersebut bernama Thomas Nilan yang adalah kakak kandung G. Labi Nilan dan ke duanya adalah anak kandung dari Kepala Badan Goris Pesa Nilan, SH.
Menjadi pertanyaan, apakah ada aturan di mana kakak menggantikan posisi adik walaupun tidak bekerja, tetapi honornya tetap dibayar dengan alasan karena sebagai Kepala Badan dan Pengguna Anggaran punya kewenangan untuk melakukan apa saja sesuai keinginannya, tandas Sumber tersebut.
Hal lain yang di himpun SUPER yakni,uang makan DIKLAT LINMAS Tahun Anggaran 2009,dana SAVING tahun Anggaran 2009 sebesar 117 juta dan 109 juta pada tahun 2008 yang penggunaanya tidak jelas ujung pangkalnya.

Gara-Gara Gapoktan di Coret, Tiga Petinggi BKP3 Lembata Saling Lempar


Super (06/10)
“Saya kecewa sekali, 2 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dari wilayah kedang dicoret tanpa alasan yang jelas” demikian Emanuel Ubuq pada Super, saat ditemui di rumah keluarganya di bilangan wangatoa Rabu (06/10). Sembari menyerahkan Surat Keputusan Menteri Pertanian kepada Super, Eman menyampaikan kekesalannya.
Adalah sebuah tindakan yang tak semestinya dilakukan oleh pejabat lokal, yang bertugas mengamankan Surat Keputusa Pejabat tingkat atas serta menjalankannya, untuk kemaslahatan  masyarakat kecil. Kata Eman kesal. “Jadi kalo seperti begini saya mau tanya, siapa yang harus bertugas mengamankan dan menjalankan SK Menteri?” tanya eman
Untuk diketahui, sesuai SK Menteri Pertanian Nomor : 2838/Kpts/OT.140/8/2010 tentang Penetapan Desa dan Gapoktan Penerima BLM PUAP Tahap ke Satu Tahun Anggaran 2010.  Telah ditetapkan 30 kelompok dari 30 desa  di sembilan kecamatan se Kabupaten Lembata, sebagai penerima Dana PUAP. Dari 30 kelompok yang ditetapkan itu empat diantaranya adalah Gapoktan yang berasal dari dua kecamatan di wilayah kedang, yakni : Gapoktan Tubung Laleng Desa Atulaleng, Gapoktan Roma Tawen Desa Banihading II masing-masing di Kecamatan Buyasuri dan di Kecamatan Omesuri : Kelen Haba Ola Desa Leuwayang dan Gapoktan Areq Piling Desa Hoe Lea.
“Kami hari ini mau ke kantor Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluh(BKP3-Red)  untuk tanya, atas pertimbangan apa Gapoktan Roma Tawen dan Gapoktan Areq Piling  yang sudah ditetapkan Menteri itu di coret” tandas Eman. sang tokoh demonstran asal kedang ini pun mengatakan, jika benar dua Gapoktan itu di coret, ia akan meminta BKP3 untuk menjelaskan tentang kemana larinya dana sebesar 200 juta, yang menjadi jatah dari dua kelompok yang tercoret. “saya  tau  bahwa satu kelompok akan mendapat dana sebesar 100 juta. Jadi saya mau tanya, kemana uang itu”. Kalaupun dipindahkan kepada kelompok lain, BKP3 harus memberitahu kelompok yang mana? Lanjut eman.
Eman yang mengaku sebagai pemerhati Gapoktan itu menuturkan bahwa, empat kelompok dari kecamatan omesuri dan buyasuri yang masuk dalam penetapan Menteri Pertanian sebagai kelompok penerima PUAP 2010, merupakan hasil perjuangannya. Menurutnya empat kelompok iti didaftarkan langsung melalui Haning Sony Anggota DPR-RI dari Komisi IV, saat dirinya berada di Jakarta. “jadi saya merasa sangat bertanggungjawab terhadap Gapoktan-gapoktan itu” lanjutnya.
Sementara itu,  Kepala BKP3 Lembata Leonardus Semadu N,SP yang dihubungi melalui telepon selulernya belum bersedia memberikan klarifikasi karena sedang berada di kantor polisi. “Ade sori, saya sedang berada di kantor polisi, jadi nanti saya hubungi setelah selesai berurusan” kata Leo Semadu menjawab Super, namun janji untuk menghubungi Super tak di tetapi Leo.  HP Leo pun tak aktif setelah dihubungi Super.
Tak kehabisan akal Super-pun mencoba menghubungi Sekretaris dan Bendahara BKP3, namun kembali lagi super gagal memperoleh keterangan, karena baik sekretaris maupun bendahara sama-sama meminta Super untuk langsung menghubungi Kepala BKP3 Lembata. “sebaiknya langsung dengan kepala saja, karena beliau sekarang ada” demikian bendahara dan Sekreteris BKP3, kepada Super melalui telepon seluler.

Rabu, 06 Oktober 2010

Alex Murin, Siap hadapi Proses Hukum




Super Lembata (5/10)
Sebagaimana yang telah diberitakan oleh media ini sebelumnya, bahwa Sekretaris ALDIRAS Alex Murin selasa 29/09/2010 telah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus pencemaran nama baik Bupati Lembata Drs. Andreas Duli Manuk, setelah menjalani pemeriksaan di Mapolres Lembata pekan silam.  
Terkait penetapan statusnya, Alex Murin menyatakan kesiapannya menghadapi proses hukum selanjutnya. “saya siap menghadai proses hukum selanjutnya, apapun resikonya” tegas alex saat di konfirmasi Super di Kediamannya Selasa (5/10). Alex yang ditemui saat baru kembali dari Mapolres Lembata untuk menandatangani Berita Acara pemeriksaan itu, mengaku prihatin dengan model demokrasi yang diterapkan pemimpin Lembata. Ia mengatakan sebagai rakyat, apa yang disampaikannya dalam orasinya waktu lalu adalah wajar dan sekedar menjalankan fungsi kontrolnya kepada pemerintah. “masa pemimpin kog tidak mau di kritik” tegasnya.
Dalam mengghadapi kasusnya, bapak empat anak ini senantiasa menyakini, Tuhan dan Lewotanah Lembata senantiasa mendukungnya untuk itu, ia yakin porses hukumya kelak akan berjalan lancar, dan pada saatnya nanti kebenaran akan terbukti. “hehehe, saya yakin Tuhan dan Lewotana Lembata berada dibelakang saya, kebenaran akan datang pada saatnya nanti” demikian alex menanggapi Super dengan gaya santainya.
“Keluarga Kaka Kim (Alm. Yoakim Langoday-Red) sangat mendukung saya”. Mereka selalu mengikuti perkembangan kasus saya, bahkan mereka juga telah menghubungi pa Mad Bumi sebagai pengacara untuk mendampingi saya dalam persidangan nanti. Akunya mengakhiri perbincangannya.
Sementara Ahmad Bumi, SH. Saat di hubungi pertelepon selasa (5/10), membenarkan bahwa dirinya telah dihubungi oleh keluarga Langoday untuk sebagai pengacara, dan dirinyapun telah menyanggupi pemintaan keluarga langoday dan selalu siap kapan saja untuk menghadapi persidangan. “saya siap mendampingi Alex kapan saja” katanya.   


Aldiras Dukung Penegak Hukum
Sementara Ketua Aldiras Paulus Dolu, yang di konfirmasi saat bertandang ke redaksi Super mengatakan, Aldiras dalam hal ini selalu mendukung pihak penegak hukum, dan mendorong agar kasus ini segara disidangkan, ia bahkan menyatakan Aldiras sebagai salah satu Ormas yang getol memperjuangkan kebenaran dan penegakan keadilan di Lembata, tidak akan menghalangi proses hukum yang sedang dijalani sahabatnya itu, bahkan Paul secara tegas menyatakan kesiapannya untuk bersaksi dalam persidangan jika diminta. “kami tidak akan mengahalangi proses hukum yang berlansung, kami juga selau siap menjadi saksi dalam persidangan kelak jika kami diminta” kata sang demonstran ini.
Paul berharap, proses hukum harus dijalani sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku, tanpa intervensi dari siapapun. “jika ada intervensi, Aldiras akan lawan habis-habisan” tegas paul.
poskupang

Rapat Di Negeri Ayam


oleh Yogi Making pada 11 September 2010 jam 7:45
Syahdan, berkumpullah para ayam dari segenap penjuru ayam semesta, mereka berkumpul membicarakan nasib yang kian hari kian  tak menentu. Segala jenis ayam hadir. Mulai dari ayam kampung, ayam ras, ayam hutan, ayam piaraan, ayam bangkok, ayam hitam ada juga ayam putih. Setelah semuanya hadir, tampilah seekor ayam jago kampung yang dari gaya jalan dan guratan wajahnya, kelihataan mulai uzur termakan usia dan sering sakit-sakitan. Sejenak semua pandangan anggota rapat tertuju padanya. Suasana ruang rapat hening.
“sodara-sodara sebangsa ayam sekalian yang saya muliakan” kata jago kampung tua mengawali pembicaraanya. Saya sengaja mengundang sodara sekalian hadir pada pertemuan ini, guna membicarakan nasib kita dan nasib negeri kita, yang kian hari hidup kita tak pasti.
Pemimpin yang kita pilih dalam Pemilu Kada lalu, ternyata tidak mengemban amanat kita dengan baik. Negeri kita terlihat semakin miskin  dan APBD dalam beberapa tahun belakangan tak jua meningkat. Walau daerah kita miskin, elite kita banyak yang kaya. coba sodara sekalian lihat, pemimpin yang kita piliih dengan biji jagung itu, dan yang dulunya hidup merana seperti kita, kini kaya raya. Sodarannya yang saya kenal sebagai tukang ojek, kini punya rumah bagus dan mampu membeli mobil mewah. Uang yang kita dapat dari hasil sumbangan negeri sapi dan negeri kerbau, lebih banyak dimanfaatkan untuk jalan-jalan keluar negeri oleh kaisar dan bawahannya, buat tunjangan, buat periksa kesehatan kaisar, yang katanya sekarang sering sakit, juga foto copy laporan keuangan yang katanya banyak yang fiktif. Sementara, coba sodara lihat. jalan dari kampung ke kota rusak parah, atap sekolah banyak yang bocor dan presentase kelulusan sangat rendah, dan biaya pendidikan mahal, listrik padam tiap hari, air minum susah. Dan masih banyak masalah lain, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Dengan suaranya yang sengaja ia turunkan volumenya, dan sambil melihat sekeliling seolah sedang memperhatikan suasana sekeliling ruang rapat,  sang pemimpin rapat melajutkan. Kaisar kita, lebih sering berada di luar negeri. Ia sibuk dengan urusan pribadi ketimbang memperhatikan kita rakyatnya. Tampak hadirin manggeleng kepala, mungkin sebagai tanda penyesalan.
Keadaan ini tentu tidak dapat kita biarkan. Sebagai rakyat kita mesti menyatakan pendapat dan menuntut agar kaisar segara turun dari tahta. Kata jago tua. Mendengar pernyataan sesepuh negerinya, seekor ayam bangkok muda berdiri menyela pembicaraan, “Bapak jago kampung tua dan sodaraku sebangsa ayam yang mulia”, sela bangkok muda. Bahwa negeri kita dalam beberapa tahun belakangan ini semakin hancur-berantakan. Kaisar semakin tak peduli dengan seruan rakyatnya. Banyak diantara bawahaannya, mencuri uang kita secara terang-terangan, dengan uang hasil curian itu rumah mewah dibangun, perabotan rumah serba mewah, bahkan anakpun dibiayai sekolahnya dengan uang hasil curian. Kita tentu marah, kita tentu kecewa, namun kita tak memiliki kuasa untuk menangkap dan menghukum mereka. semua kasus yang pernah diungkap hilang karena tak cukup bukti, urai bangkok muda. Dan mengapa kita baru hari ini bicara untuk menurunkan kaisar? tanya bangkok muda. Saya rasa kita terlambat, lanjutnya. Mereka sudah terlanjur kaya, rumah bagus terlanjur dibangun, dan uang kita terlanjur dihabiskan. Saya berharap, hari ini kita tidak bicara soal turunkan kaisar, tetapi mari kita bicara soal bagaimana kedepan...apakah sodara semua setuju? Setuju!!! Teriak peserta rapat menjawab bangkok muda. Ok soal perilaku kaisar dan pejabatnya, kita percayakan kepada wakil kita yang baru saja kita pilih dalam pemilu lalu.   
Lantas bagaimana dengan kedepan? Tanya jago kampung tua. Nah, kini giliran sang betina muda hutan dengan penampilan yang kumuh angkat bicara, Jika semua sodara yang di kota kecewa, tentu saya yang dihutanpun kecewa, bagimana tidak? Hutan tempat kami pesiar, mencari makan, dan sebagai tempat berlindung dan membesarkan anak-anak, kini semakin sempit, akibat sering dibakar. Bahkan sekarang kami bangsa hutan sedang takut, karena katanya kaisar telah menjual hutan kami kepada bangsa kerbau untuk dijadikan lahan tambang. Lantas kami tinggal dimana? Apa kami harus transmigrasi? Ah....betina hutan tertunduk terlihat air mata menetes. Suasana semakin tenang. Saya binggung, istana yang dulu dibangun dengan susah-payah oleh para pendahulu, rencananya akan ditinggalkan. Saya bingung jika kedapan saya ingin datang ke istana, dimana saya harus datang? Negeri kita yang miskin ini, ternyata telah membangun dua istana. Itu baru soal rumah, kalo soal tempat kerja kaisar, juga lebih dari satu. Aduh.....banyak sekali. Padalah kaisar Cuma satu.
Sebelum betina hutan mengakhiri pernyataanya, dari sudut ruangan, berdiri salah satu tokoh spritual, yang berasal dari bangsa ras. “bapak pimpinan, Bapak pimpinan, saya mohon waktu untuk bicara, oh, ya..silahkan sodaraku ras, kata jago kampung tua, mempersilahkan. Begini, sodaraku pimpinan dan sodaraku sekalian...kata sang spiritualis. Saya setuju bahwa masalah di negeri ini sangat kompleks, jika yang disampaikan tadi soal pembangunan fisik, saya igin bicara dari sisi mental. Sikap para elite negeri ini tidak menunjukan gambaran bahwa mereka adalah orang-orang berbudaya, dan apalagi orang beriman. Mari kita lihat contoh ini. Ajak spiritualis itu. di pintu masuk, baik melalui laut maupun melalui udara, kini di kuasai oleh ayam betina import, yang bahenol. Setiap tamu yang datang ke negeri ini, pasti lansung melihat para betina yang bahenol itu, mereka seolah menyampaikan pesan selamat datang. Kita malu sodaraku! Kita malu..!!.
Ayam hitam sedari tadi memperhatikan dengan saksama pembicaraan sesama sodarannya minta bicara, dengan wajah penuh kebingungan ia mengatakan, ketika memperhatikan pembicaraan sodara-sodara sekalian, saya sungguh memahami karena sayapun merasakan hal yang sama. Namun semakin lama saya memperhatikan semakin bertambah kebingungan saya. Kebingungan saya ini, tentu sangat beralasan. Karena kita adalah bangsa ayam, bahasa kita adalah bahasa ayam. Apa yang kita bicarakan semuanya dengan bahasa ayam dan tentunya tidak dimengerti oleh bangsa lain yang bukan ayam. kita hanya mampu berkotek, hanya mampu berkokok. Sadarlah saudaraku sekalian, bahwa kaisar adalah manusia, pegawainyapun demikian. bagaimana mungkin dapat mengerti bahasa ayam. Disinilah kesalahan kita, memilih pemimpin yang bukan sebangsa ayam, bagaimana mungkin ia tau akan kebutuhan kita sebagai ayam? kokokan dan kotekan kita dianggap telah membuat keonaran dan akhirnya kita ditangkap dan jebloskan kedalam penjara. oleh karena itu sodaraku sekalian, pemilu kada sudah didepan mata, manfaatkan momentum itu untuk memilih pemimpin yang berasal dari bangsa kita. janganlah kita mengulangi kesalahan masa lalu.  seolah sadar akan keberadaan mereka, satu persatu mundur dan meninggalkan ruang rapat dan pulang dengan membawa kekecewaan yang mendalam. kasihan...kasihan.....

KKN REFLEKSI DARI KETIDAKTERTIBAN SOSIAL


Perkara Korupsi, Kolusi dan nepotisme yang banyak menimpa para pejabat, baik dari
kalangan eksekutif, yudikatif maupun legislatif menunjukkan tidak hanya mandulnya Undang-undang Nomor 28 tahun 1999, tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan nepotisme, tetapi juga semakin tidak tertibnya nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat. Kasus korupsi yang diduga melibatkan para menteri, mantan menteri, gubernur, mantan gubernur, bupati, mantan bupati dan lain sebagainya menunjukkan bahwa para pejabat negara yang diharapkan menjadi tauladan bagi masyarakat luas mengenai tertib hukum dan tertib sosial, ternyata justru mereka yang harus duduk dikursi pesakitan dengan tuntutan tindak pidana korupsi. Kasus PD. Purin Lewo, Kasus rumput laut yang melibatkan mantan Kadis Kanlaut Lembata dan dua Pengusaha begitu kusut dan dan belum juga sampai pada tahap putusan, hanyalah dua dari sekian banyak kasus dugaan korupsi di kabupaten yang katanya sedang  berupaya mewujudkan good goverment and clean goverment sebagai salah satu cita-cita reformasi.
Upaya reformasi birokrasi, termasuk peningkatan remunerasi pegawai negeri, tak mengurangi ”nafsu” calon koruptor. Khotbah para ulama juga belum bisa meredakan niat untuk korupsi. Iming- iming gaya hidup mewah atau setidaknya berkecukupan lebih manjur dibanding ancaman hukuman di bumi dan dunia fana.
Mungkin karena itulah muncul pandangan miring dan menggelikan bahkan sudah semacam slogan umum bahwa Lembata adalah kabupaten terkorup tapi koruptornya tidak ada. Sepertinya ini sesuatu yang aneh yang hanya dapat terjadi di negeri antah barantah. Lantas, apa yang harus dilakukan jika semua cara untuk memeberantas korupsi tidak ampuh lagi untuk mengganyang korupsi di Lembata? Apalagi apabila pemerintah setengah hati, ditambah lagi upaya sistematis sementara kalangan, termasuk di DPR, untuk melemahkan upaya pemberantasan korupsi.
Pertanyaan berikutnya, apa ada jaminan pelaku dijerat oleh hukum? Atau justru lepas dan ia akan terus membina kondisi ini dan akan terjadi regenerasi terus-menerus. Lalu apakah masyarakat akan menentang jalur-jalur belakang ini atau justru lahir sikap pembiaran karena ternyata juga telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat saat ini. Jadi jelaslah bahwa upaya preventif dari pemberantasan KKN adalah dengan menciptakan tertib sosial dalam arti adanya tertib nilai-nilai yang harus diaplikasikan dalam struktur masyarakat. Dengan berubahnya pola tingkahlaku yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan, agama dan etika moral akan lebih efektif dibandingkan hanya dengan aplikasi Undang-undang saja. Jadi perlu adanya keseimbangan antara tertib sosial dan tertib hukum untuk dapat mencapai reformasi yang mensejahterakan masyarakat.


Rumput Laut Primadoan PAD LEMBATA

Perubahan APBD 2010, Tingkatkan Kualitas Hidup Rakyat Lembata?



Lembata Super-
Perubahan APBD Kabupaten Lembata Tahun 2010, telah mengundang sejumlah pertanyaan reflektif bagi pemerintah daerah dan DPRD Lembata. Yang menjadi pertanyaan, Sejauhmana perubahan APBD 2010, berdampak bagi peningkatan kualitas hidup rakyat Lembata?
 Pertanyaan reflektif ini, akhirnya dijawab  oleh keempat fraksi DPRD Lembata; fraksi Golkar, PDIP, Kemudi dan Nurani Peduli Keadilan dalam pemandangan umumnya  atas pendapat badan anggaran terhadap nota keuangan dan Ranperda tentang perubahan APBD tahun anggaran 2010, Senin (27/09) di Lewoleba.
Dalam pemandangan umum tersebut, juru bicara Fraksi NPK, Frederikus Wilhelmus Wahon menyatakan bahwa sesungguhnya pemerintah dan DPRD masih jalan di tempat. NPK menilai bahwa pemerintah dan DPRD, belum memiliki kesepahaman untuk sungguh-sungguh memenuhi harapan rakyat akan pemenuhan  kebutuhan dasar rakyat; Air, Jalan dan Listrik.
Fraksi Golkar dengan juru bicara Fransiskus Limawai, dalam pemandangan umumnya menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban menjamin sebuah hidup bersama yang baik, bukan hanya demi sebuah hidup bersama saja. Masyarakat harus menjadi subyek pembangunan. Program serta kegiatan pembangunan harus lahir dari analisis tentang situasi dan kondisi riil masyarakat.  
Fraksi PDIP dengan juru bicara Yakobus Liwa, tidak mau berbicara banyak. Liwa hanya menegaskan bahwa hidup memang butuh perubahan dan perubahan hanya bisa tercapai apabilah ada niat baik, karena hidup tanpa perubahan tak berarti apa-apa. Kepada pimpinan SKPD, fraksi PDIP mengingatkan, untuk selalu membuka mata, hati dan telinga untuk melihat lebih dalam persoalan yang sedang terjadi.
Selain itu, Fraksi Kemudi dengan juru bicara Tarsisia Hani Chandra menyatakan bahwa dalam pembahasan anggaran untuk membiayai program dan kegiatan, ada banyak hal yang dikritisi, dipertahankan mengingat kemampuan keuangan daerah yang dimiliki sangat terbatas dan karena itu, harus benar-benar digunakan untuk membiayai program dan kegiatan yang prioritas.
Semua fraksi baik Golkar, PDIP, Kemudi dan Nurani, dalam pandangannya menghendaki bahwa dengan perubahan APBD 2010 ini, dapat memberikan perubahan dalam pembangunan demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat Lembata.