Halaman

Jumat, 29 Oktober 2010

Sumpah Pemuda Untuk Pemimpin Baru

Oleh : Alvian Beraf 
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Sumpah pemuda 28 Oktober 1928 yang dideklarasikan para pemuda,  memiliki makna yang mendalam akan rasa persatuan dan kesatuan, untuk memiliki bangsa ini, tanah tumpah darah ini, dengan satu bahasa. Namun, dalam perkembangan bangsa ini, sumpah pemuda 1928 hanyalah tinggal cerita. Makna persatuan dan kesatuan telah berubah menjadi perpecahan dan dendam.
 Putra dan Putri Indonesia, semakin kehilangan rasa memiliki bangsa ini. Putra dan Putri Indonesia tidak lagi menjadikan sumpah pemuda sebagai alat pemersatu dalam mempertahankan dan mengisi pembangunan di bangsa ini, secara adil dan bertanggungjawab.
Lembata dalam menyongsong Pilkada 2011 mendatang, telah menghadirkan sejumlah Putra dan Putri lembata, untuk menjadi pemimpin pada 2011-2016. Putra dan Putri lembata yang maju sebagai calon bupati, berusaha menampilkan diri sebagai Putra dan Putri yang selalu berada pada garis depan pembangunan lembata. Pernyataan-pernyataan mereka, menghendaki agar lembata bersatu, dan merekalah yang pantas menjadi pemimpin.
Dan inilah saatnya lembata dipimpin oleh orang-orang muda. Orang muda yang cerdas, kreatif, energik, inovatif, perduli, bertanggungjawab dan rasa memiliki lembata. Dengan semangat sumpah pemuda, Putra dan Putri lembata, dapat mendeklarasikan sumpah pemuda lembata, dan bersatu untuk memilih pemimpin baru lembata 2011-2016.
Ini sumpah pemuda lembata;  Kami Putra dan Putri Lembata, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami Putra dan Putri Lembata, mengaku bertanah air satu, tanah air Lembata
Kami Putra dan Putri Lembata, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Kami Putra dan Putri Lembata, bersatu memilih pemimpin yang cerdas, kreatif, energik, inovatif, perduli, bertanggungjawab dan rasa memiliki lembata.
Selamat Hari Pemuda !

Kamis, 28 Oktober 2010

Festival Baleo, hidupi Tradisi Lamalera

Super Lembata
“ Festival Baleo adalah untuk menghidupi tradisi lamalera yang kian hari kian pudar,” Demikian pernyataan Kadis pariwisata dan budaya kabupaten lembata, Wenseslaus Pukan, Rabu (27/2010). Pukan menjelaskan bahwa kegiatan festival ini, merupakan upaya yang dilakukan Pemda lembata untuk membangkitkan kembali tradisi budaya lamalera dan lembata pada umumnya, melalui pentas seni dan budaya.
Menurut Pukan, pentas seni budaya yang dibuat Pemda lembata, mengandung 3 kegiatan utama yakni lomba teater, parade busana, dan festival baleo. Untuk festival baleo, dikemas menjadi 4 jenis kegiatan yaitu atraksi penangkapan ikan, atraksi pembuatan peledang, atraksi pembuatan tali leo, dan atraksi tenun ikat. Selain itu, acara festival juga akan dimeriahkan dengan pentas seni dari 8 kecamatan yang ada di lembata.
Pukan juga menjelaskan bahwa ada banyak kekurangan yang pasti ditemukan dalam kegiatan festival ini, dan itu adalah kekurangan yang pasti akan dibenahi dalam pelaksanaan festival mendatang. Selain itu sasaran kegiatan festival ini adalah supaya generasi muda bisa menghidupkan tradisi penangkapan ikan paus, mengingat adanya perubahan kehidupan kedepan. Sasaran yang kedua adalah untuk memberdayakan masyarakat lamalera untuk lebih kreatif dalam membuat kerajinan tangan.
Pukan juga mengharapkan, semoga kegiatan festival ini dapat berjalan secara baik, lancar dan dapat membangkitkan kecintaan masyarakat akan tradisi dan budaya daerah setempat. “ Semoga festival ini, masyarakat semakin cinta dengan tradisi dan budaya daerahnya, “ Jelas Pukan

Lamadale Berdarah, 2 Orang Nyaris Tewas di Tangan Maxi

Desa Lamadale di pedalaman Lebatukan selasa malam (26/10), digemparkan dengan kasus penganiayaan berat yang dialami dua warganya. Sesilia Peta dan ayahnya Benediktus Nimo ditebas Maxi Beda. Yang juga adalah suami tersayang dari Sesilia Peta. Kedua korban terpaksa dilarikan ke RSUD Lewoleba akibat mengalami luka parah.
Seperti disaksikan Super Rabu (27/10) diruang Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah sakit Umum Daerah Lewoleba, Sesilia terbaring lemah dengan telapak tangan kanan dan lengan kirinya terbalut perban putih. “lengan kiri itu lukanya parah sekali, begitu juga telapak kanannya, empat jari kecuali ibu jari putus di sambar parang suami”. Kata seorang petugas Polres Lembata pada super saat menghantar super masuk ke ruang IRD. Hal yang sama-pun dialami Benediktus Nimo, ayah kandung Sesilia. Ben Nimo turut menjadi korban dalam peristiiwa naas Lamadale, tampak perban putih terbalut pada lehernya.

Ben saat dimintai keterangan mengatakan, dirinya sama sekali tak mengetahui kalau anak kandungnya Sesilia Peta dianiaya suaminya sendiri, pasalnya rumah tinggal mereka terpisah dan jaraknyapun berjauhan. Ia mengaku baru mengetahui saat dirinya didatangi Ketua BPD Aloysius. “saya sedang berada di rumah, ketua BPD datang panggil bahwa anak saya dbunuh dan cucu saya dibawa kabur bapaknya ke rumah ketua BPD” cerita Ben. Ketika berada dirumah ketua BPD dirinya langsung mendatangi pelaku dan merebut cucunya. Tarik menarik sempat terjadi antara ayah dan anak mantu ini. Ben bahkan tak menyadari sama sekali kalau dirinya terluka akibat tusukan pisau pelaku. Ia baru sadar setelah diperingati ketua BPD. Sesuai pengakuan Ben Nimo, pasangan suami istri ini sering cek-cok, bahkan sesilia anaknya itu selalu dianiaya suami. “mereka dua sering ribut, dan maxi sering pukul saya punya anak” akunya.
Untuk diketahui bahwa, kedua korban tidak dapat ditangani oleh pihak RSUD Lewoleba, pasalnya selain luka sangat parah seperti dialami korban sesilia, pisau pun masih tertancap pada leher korban Ben Nimo, pengakuan pihak RSUD Lewoleba, pisau yang tertancap tidak dapat dicabut karena tertanam pada tulang. untuk itu perlu dilakukan penanganan khusus oleh dokter ahli bedah. “Oleh karenanya korban soreh nanti akan dirujuk ke RS. Wz. Yohanes Kupang” jelas seorang dokter.
Usai mendegar pengakuan Ben, super langsung mendatangi pelaku Maximus Beda yang saat itupun ikut dirawat akibat di keroyok warga. Kepada super maxi mengakaui kalau dirinya sering menganiaya istrinya. Namun maxi menolak jika dituduh melakukan niat jahatnya itu karena dendam. “ saat itu kami tidak ada masalah” elak Maxi.
Menurutnya, ia saat itu dalam pengusaan roh jahat. “roh jahat yang suruh saya bunuh istri dan anak” lanjutnya. Namun setelah menganiaya istri ia tak tega membunuh anaknya yang baru berusia lima bulan itu. Usai menebas istri maxi lalu menggendong bayinya dan pergi menuju rumah ketua BPD dengan maksud meminta perlindungan. Ketika berada dirumah BPD itulah peristiwa penganiayaan kedua terjadi. Maxi mengaku kalap saat bapa mantunya datang merebut bayi dalam gendongannya. Dan pisau yang sengaja ia bawah dari rumahnya langsung ia tancapkan ke tubuh korban

Rusmadji, Ditanganmu Masa Depan Generasi Kedang


Super Lembata
Salah satu kendala terbesar dalam mendorong percepatan pembangunan di lembata adalah tingkat pengangguran yang tinggi serta lemahnya Sumber Daya Manusia. Dunia pendidikan formal yang dianggap sebagai cara jitu mengatasi masalah Sumber Daya Manusia, terkadang diarasakan sebagai beban bagi masyarakat, hal ini di karenakan faktor biaya pendidikan yang mahal dan tidak dapat di jangkau oleh kalangan masyarakat kelas bawah. Oleh karenanya undang-undang Nomor 20 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Nasional membuka ruang yang amat lebar untuk dibukanya lembaga pendidikan luar sekolah.
Lembaga pendidikan luar sekolah atau lebih dikenal dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), ternyata telah merambah masuk hampir ke semua kecamatan di Lembata. seperti PKBM Uyelewun Kecamatan Buyasuri-Lembata yang hingga saat ini telah membina 190 warga belajar.
Pengakuan ini disampaikan pendiri sekaligus ketua PKBM Uyelewun Rumadji Gaus (52), saat bertandang bertandang ke Redaksi Super Senin (25/10). Rusmadji mengaku, warga belajar binaan PKBM Uyelewun terbagi dalam beberapa klasifikasi, setiap klasifikasi warga belajar digabung kedalam beberapa kelompok satu kelompok berjumlah 10-20 orang warga belajar. Klasifikasi PKBM Uyelewun adalah : Keaksaraan Fungsional (KF) Mandiri, Paket A sampai paket C.
Rusmadji boleh dibilang sukses dalam memajukan dunia pendidikan di wilayah kecamatan Buyasuri, dari tangan dinginya terlahir beberapa lembaga pendidikan, bukan saja lembaga pendidikan non formal, tetapi juga lembaga pendidikan formal, Tidak saja bagi kaum remaja, lembaga pendidikan bagi anak usia pra sekolahpun didirikan rusmadji. “Semuanya ini saya lakukan dengan niat tulus, yakni ingin menjadikan generasi kedang sebagai generasi yang berdaya guna, yang siap bersaing dalam dunia modern”. Polos Rusmadji.
“Sampai dengan saat ini, saya sudah mendirikan 3 Paud dan akan menyusul 7 Paud lainnya yang meyebar dalam kecamatan Buyasuri” tutur mantan kepala desa umaleu ini. Paud Kasih Bunda di Desa Umaleu, Paud Upang Lama Hering di Desa Atu Wa’ lupang, Paud Luleng Lama Hingan di Desa Tubung Walang. Adalah tiga Paud yang sudah melaksanakan kegiatan belajarnya. Selain Paud Rusmadji pun mendirikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhamadiyah yang dalam kegiatan belajar mengajarnya masih menggunakan gedung balai desa yang dibangun saat dirinya menjabat sebagai kepala desa Umaleu. Rusmaji tidak mengkhususkan SMA Muhammadiyah sebagai lembaga pendidikan khusus warga muslim, warga non muslimpun ditampungnya. Hebatnya, murid yang berasal dari kalangan ekonomi lemah, yang tidak mampu membiayai sekolahnya ia gratiskan. “saya tidak pernah minta bayaran sepeserpun dan murid ekonomi lemah”
Sumber Daya Pengajarpun tak kalah dengan lembaga pendidikan di kota, semua staf pengajar berlatar belakang sarjana, baik S1 dan D2. Saya tampung sarjana-sarjana yang tidak belum diterima kerja katanya. walau demikian Rusmadji mengaku honor guru-gurunya masih standar “Walau honor per bulan masih dibawah standar, semua staf pengajar bekerja dengan penuh dedikasi tinggi”. Tegas rusmaji
Walau terbilang sukses dalam mendirikan Lembaga pendidikan, dalam pelaksanaannya bukan tak pernah menemui hambatan. Rusmadji mangaku dalam pelaksanaan banyak sekali menemui hambatan, dan hambatan yang paling terasa adalah kegiatan PKBM yang belum terpusat, ia mengaku sementara ini PKBM Uyelewun melaksanakan pertemuan belajarnya masih menggunakan ruang belajar MIS Leuwutun Desa Umaleu, Kecamatan Buyasuri. “saya berharap pemerintah membangun gedung sebagai sarana belajar kami” kata pria murah senyum ini.
Kendala lain yang disampaikan Rusmadji adalah, sulitnya pasar sebagai tempat memasarkan hasil kerajinan warga belajar Keaksaraan Fungsional. Banyak yang sudah dihasilkan warga belajar KF Mandiri, diantaranya kerajinan pertukangan, juga ternak hewan. “Namun mereka mau pasarkan kemana?” tidak mungkin orang masyarakat kedang beli semua. Lanjut pria low profile ini. baginya dunia yang ia geluti sekarang adalah amanah dari Sang Pencipta, untuk itu ia berjanji akan menjaganya, dan yang terpenting adalah tak mau berpaling ke pengaruh dunia lain. “iya ka, sekali di pendidikan tetap di pendidikan” ungkap Rusmaji.